Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air dan Api, Petualangan Cinta Air dan Api

31 Desember 2018   09:25 Diperbarui: 31 Desember 2018   09:41 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Percayakan kepadaku mengenai hal ini pendekar gagah.  Aku sendiri yang akan menyerahkan gadis ini kepadamu di ibukota Majapahit.  Aku sudah mempunyai rencana mengenai hal ini.  Hanya saja lepaskan dia saat ini.  Aku mohon padamu.  Percayalah."

Madaharsa memperhatikan setiap mimik wajah dan kalimat yang keluar dari pemuda itu ketika berbicara.  Dia seperti bercermin pada masa mudanya dulu.  Pemuda ini mirip sekali dengannya.  Senyum palsu yang menyembunyikan pikiran pikiran liar dan licik.  Dia hampir yakin bahwa pemuda ini pastilah seorang pemetik bunga.  Penyuka gadis gadis cantik lalu mencampakkan begitu saja setelah menikmati tubuhnya.  Benar benar mirip dia.  

Pikiran ini membawa Madaharsa mengambil sebuah keputusan yang cerdik dan licik.  Pemuda ini bisa dimanfaatkan untuk kepentingan dirinya dan Majapahit kelak.

"Anak muda, apa kau tertarik untuk menjadi muridku?"

Pangeran Bunga tercengang sesaat mendengar pertanyaan yang sama sekali tidak diduganya ini.  Namun pikirannya yang selalu berputar liar merasa bahwa ini bisa menjadi sebuah kesempatan yang bagus baginya.  Pemuda ini melirik ke gelanggang pertempuran memeriksa apakah ada yang memperhatikan mereka atau tidak.  Terutama Andika Sinatria.  

Pertempuran masih berlangsung dengan sengit. Tidak seorangpun memperhatikan apa yang terjadi pada mereka berdua.  Pemuda ini cepat cepat mengangguk pasti lalu memberikan sembah sujudnya kepada Madaharsa tanda bahwa dirinya menerima Madaharsa menjadi gurunya.

Madaharsa tersenyum puas dan memberi tanda agar Pangeran Bunga bangun dari sembahnya. 

"Kita bisa ketemu di perbatasan selama 15 hari dalam setiap purnamanya.  Aku akan mengajarkanmu ilmu ilmuku termasuk pukulan Bayu Lesus yang langka.  Untuk menghindari kecurigaan orang.  Temui aku di perbatasan tapi bukan di markas pasukan Majapahit.  Temui aku di pinggiran sungai Cipamali yang terdapat batu besar bersusun tiga."

Kembali Pangeran Bunga membungkukkan tubuhnya tanda mengerti.

Madaharsa lalu bersuit nyaring untuk menghentikan pertempuran bagi orang orangnya.  Tanda khusus yang merupakan kode pasukan Sayap Sima ini membuat Maesa Amuk, Siluman Lembah Muria dan Bledug Awu Awu menghentikan serangan serangan mereka terhadap lawan masing masing.  

Secara bersamaan mereka menatap bertanya kepada Madaharsa yang sudah kembali berdiri di depan pasukan Sayap Sima.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun