Mohon tunggu...
Mia Ismed
Mia Ismed Mohon Tunggu... Guru - berproses menjadi apa saja

penyuka kopi susu yang hoby otak atik naskah drama. pernah nangkring di universitas negeri yogyakarta angkatan 2000. berprofesi sebagai kuli di PT. macul endonesa bagian dapor

Selanjutnya

Tutup

Drama Pilihan

Dingklik Simbok

28 Agustus 2016   15:50 Diperbarui: 28 Agustus 2016   20:04 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                        Suara Bapak melengking dari arah samping halaman.

Marzuki           :”Dengarkan, Viona. Aku …, aku!?”

Kinanti            :”Kang Marzuki adalah satu-satunya laki-laki yang menemani hatiku. Hubungan itu terjalin delapan tahun lamanya. Musim jagung sudah berganti ratusan kali. Sampai sang pemilik pendaringannya sudah pergi ke alam keabadian.”

Viona              :”Jadi kalian?” (menatap tak percaya) “Sudah lama menjalin hubungan? Bang! Kenapa Abang diam! Apakah Abang masih punya nyali untuk sedikit dewasa? Bang, jelaskan padaku apakah benar yang dikatakan perempuan itu bang?”

                        “Apa kau pikir perempuan juga bisa kau samakan dengan sandiwara politik yang selalu kau tebarkan dengan pesona janji-janji manismu! Jawab, Bang!”

                        “Dan kau, Kinanti, apakah kau masih berharap Bang Zuki menjadi lelaki terakhirmu?”

Kinanti            :”Tidak. Semua sudah berakhir, Viona. Kedatanganmu adalah jawaban yang selama ini terkatung.”

Marzuki           :”Diam! Diam semuanya! Tidakkah kalian bisa diam barang sebentar! Kalian tidak tahu perasaanku. Simbok meninggal! Kalian masih memperdebatkan perasaan? Ha!”

(Marzuki berteriak sekencang-kencangnya. Matanya melototi kedua perempuan yang sedang bergejolak hatinya)

Viona              :”Perasaan? Kau pikir kami kursi yang mematung yang tak punya hati Bang! Kau permainkan semua hati perempuan, termasuk ibumu, Bang!”

Viona tak kuasa menahan tangisnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun