Mohon tunggu...
Mia Ismed
Mia Ismed Mohon Tunggu... Guru - berproses menjadi apa saja

penyuka kopi susu yang hoby otak atik naskah drama. pernah nangkring di universitas negeri yogyakarta angkatan 2000. berprofesi sebagai kuli di PT. macul endonesa bagian dapor

Selanjutnya

Tutup

Drama Pilihan

Dingklik Simbok

28 Agustus 2016   15:50 Diperbarui: 28 Agustus 2016   20:04 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Viona              :”O…iya. Ngomong-ngomong ini Bapaknya, Abang? Selamat siang, Bapak, dan ini siapa adiknya, Abang?.”

Bapak duduk terdiam memandangi keduanya tak selera.

Marzuki           :”Bapak, perkenalkan ini temanku namanya Viona.”

Gadis               :”Bapak, saya Viona.”

Berusaha menjabat tangan Bapak tapi tak dihiraukannya seakan tangan itu sesuatu yang najis untuk disentuh

Bapak              :”Tak perlu kalian basa-basi. Apa maksud kedatangan kalian di gubuk ini ha? Apa istana di senayan tak cukup nyaman hingga kalian harus bersusah payah datang di gubuk reot ini?”

“Kalian datang hanya untuk meleburkan rindu yang sudah lama pergi. Apakah kalian akan memanggilnya dengan ribuan pengeras suara? Semua sudah tidak berlaku. Kinanti, ambilah bingkisan itu untuk Marzuki.”

Kinanti masuk ke kamar Simbok dan keluar membawa bingkisan yag terbalut sarung milik Marzuki kecil. Ia menyerahkan bingkisan itu kearah Marzuki. Secara perlahan Marzukipun membukanya. Dia terdiam tak mengerti, apa  maksud dari semua ini.

Marzuki           :”Apa ini? Sarung dan dingklik? Apa maksud semua ini, Bapak? Kinanti apa maksudnya, katakan padaku?”

Kinanti            :”Seminggu yang lalu Simbok meninggalkan kami. Kerinduan itu begitu menghunjam hebat hingga Simbok tak mampu melawan degup gelombang rasa. Simbok telah tiada, Kang, dan ini adalah pesan terakhirnya. Dia sangat merindukanmu, dingklik inilah peninggalan sebagai kado yang nantinya kau akan mengerti makna di balik semua ini, Kang.”

Marzuki           :”Jadi...jadi…, Simbok sudah meninggal? Tidak!? Tidak mungkin Simbok pergi secepat itu. Mbok! Mbok!! Anakmu datang, Mbok!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun