Mohon tunggu...
Mia Ismed
Mia Ismed Mohon Tunggu... Guru - berproses menjadi apa saja

penyuka kopi susu yang hoby otak atik naskah drama. pernah nangkring di universitas negeri yogyakarta angkatan 2000. berprofesi sebagai kuli di PT. macul endonesa bagian dapor

Selanjutnya

Tutup

Drama Pilihan

Dingklik Simbok

28 Agustus 2016   15:50 Diperbarui: 28 Agustus 2016   20:04 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dingklik satu kata benda yang terbuat dari kayu. Rendah di bawah lutut dan tinggi di atas mata kaki. Dingklik adalah symbol kearifan budi dan kesederhanaan hidup. Nama dingklik akan berubah seratus delapan puluh derajat ketika manusia-manuisia itu menyebutnya sebagai kursi.

Atas nama kursi mereka kibarkan janji-janji, atas nama kursi manusia menggadaikan nyali, nafsu segunung modal seuprit, atas nama kursi mereka menanggalkan hati nurani. Atas nama kursi mereka mati-matian iseng sendiri.

Atas nama kursi manusia menjual ayat-ayat kursi. Kursi symbol kekuasaan, kesombongan diri, kehormatan di atas kemelaratan, status social yang dibuat dalam bayang-bayang. Dingklik oglak aglik hanya milik rakyat jelata. Menemani anak-anak desa bermain di pelataran saat bulan purnama.

Babak I

Di rumah joglo berdinding kayu itu Bapak sedang asik memanjakan perkututnya. Terlihat Simbok sedang menyapu di sebelahnya. Yang sebentar-sebentar menatap jalan kalau-kalau anaknya Marzuki akan pulang hari itu.

Simbok            :”Sekarang sudah tanggal berapa Pak?”

(sambil melirik Bapak, pandangan Simbok tak henti-hentinya menatap jalan itu).

Bapak              : “Sekarang tanggal sepuluh Desember, Bu. Ada apa kok tanya tanggal terus ha? Mengharap gajihan Bapak? La Bapak aja bukan priyayi yang setiap bulan menerima gaji to, Bune.” (jawabnya datar tak bergeming dari hadapan sangkar burung itu)

Simbok            :”Itu berarti sebentar lagi tahun baru ya, Pak?” ( menarik nafas panjang)

Bapak              : “Iy,a tahun selalu berganti baru, musim ikut berlalu. Juga anakmu yang sifat dan kelakuannya ikut-ikutan baru.”

Simbok            : “Marzuki Tole anakku cah bagus, tubuh tua ini mungkin sudah tidak berguna dimatamu, Le. Bisa dikatakan barang rongsok yang sebentar lagi dilelang ke toko loak.” (gumam lirih Simbok seakan Marzuki ada di depan matanya. Langkahnya terenti menatap jalan setaPak menuju rumah tua itu)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun