"Oke, sip, dah."
"Del, tunggu Del. Hm ... bisa minjam baju lo yang dress gitu nggak. Baju gue nggak ada yang modis," Aku menghiba pada Adel.
"Ya, deh. Ntar gue bawain, beberapa. Cek saja mana yang pas."
Aku bernapas lega. Masalah tumpangan, teman pergi dan busana yang akan kukenakan telah terselesaikan.
*
Aku begitu takjub dan terkesima. Ballroom hotel bintang tujuh yang mampu menampung banyak orang itu telah disulap menjadi  tempat pesta yang dipenuhi pernak-pernik hiasan bunga. Serta kain yang berwarna-warni yang menjuntai indah di beberapa sisi. Hiasan balon yang disusun sedemikian rupa. Lampu-lampu cantik berjejer membentuk suatu motif di antara beberapa bunga-bunga segar.Â
Para tamu yang datang terlihat banyak mengenakan pakaian yang mewah. Sementara aku hanya mengenakan baju terusan tanpa lengan, serta sedikit longgar--- milik Adel.
Meja panjang berderet di tiap sisi ruangan yang berisi makanan beserta koki yang memasak makanan itu secara langsung. Aku mencicipi beberapa makanan, yang tak pernah bahkan tak tahu namanya.
Rentetan acara telah berlangsung dengan meriah. Â Pesta yang dimulai pukul 17.00 itu berakhir pukul 23.00 malam. Â Para tamu sudah berangsur berpamitan pada sang empunya acara. Aku celingak-celinguk mencari keberadaan Adel dan Tio. Namun, tiada kutemui. Apakah mereka telah meninggalkanku? Bagaimana aku akan pulang? Kenapa Adel dan Tiok tega, mungkinkah mereka keluyuran ke tempat lain. Aku sudah selesai untuk dijadikan alasan bagi mereka.
Disaat hatiku dipenuhi tanda tanya dan kebimbangan. Terasa tepukan tangan pada punggung, sontak membuatku menoleh dan berbalik.
"Mau pulang? barengan kita aja, kan kita serarah, Ris," tawar Radit---ketua kelas di kelas XIIC.