Sebagai manusia, ibu juga memiliki kekurangan. Anak juga demikian. Ingat saja, saling mengingatkan diri. Salah cakap jangan terucap, bisa jadi kualat tercipta.
Ibu, teruslah sabar ya. Wahai anak, ingat doa dan kualat jika melawan para orang tua.
Mari kita saling mengingatkan dan berbakti.
~
Postingan hari ke 16
Kali ini kupersembahkan sebuah tulisan cerpen yang bertema IBU. Cerpen ini sudah kuterbitkan pada  buku antologi berjudul "Antara Asa dan Rasa" diterbitkan oleh Neoma Publisher, Oktober 2021 yang lalu. ISBN 978-623-6296-90-5. Yuk, dibaca dan kita ambil ibrahnya.
Maaf, Ibu
Oleh : Megawati Sorek
"Jika Ibu bilang tidak boleh ya tidak boleh, berapa kali Ibu bilang!" Suara Ibu mulai naik beberapa oktaf.
Aku menatap Ibu dengan napas memburu. Kesal, mengapa beliau selalu saja mengekangku. Bukankah aku sudah besar dan tahu cara menjaga diri. Terkadang aku iri melihat teman-teman yang bebas. Aku merasa sendirian, tidak ada yang ingin berteman denganku. Pernah dulu, baru saja akan akrab dengan sesama teman, ibu sudah bersikap waspada. Akhirnya mereka pun menjauhiku. Mereka merasa risih dengan sikap ibu yang over protektif. Seperti kali ini ketika aku minta izin kembali untuk pergi ke pesta ulang tahun Sasha---teman sekelas. Namun, jawabannya masih sama seperti dua hari kemarin. Padahal aku sudah mengubah polanya, dulu dengan memohon dan kali ini dengan sedikit memaksa.
"Pokoknya, Risma tetap pergi!" Mataku tajam menatap wajah ibu yang menunduk sembari mengurut dadanya.