Saringan penyisihan awal membagi ke dalam dua grup. Dari dua grup diambil dua yang tercepat untuk di adu dalam partai final.
Andi nothing tulus, dia bukan unggulan apalagi segalanya. Dia cuman ditempatkan sebagai underdog. Bersamanya menantang juara bertahan sekaligus unggulan pertama. Belum lagi mantan juara dua tahun yang lalu belum bisa dikatakan usur, dia punya pengalaman dan mental juara yang tak bisa dianggap remeh. Tentu dalam dua tahun segalanya telah berubah.
"Bersedia...siap...yak!"
Start pertama dilepas langsung Pak Lurah. Lima ekor kerbau berlari mengitari lapangan. Dengan panjang lintasan kurang lebih seukurang keliling lapangan bola, mereka cukup mengitari dua putaran. Melelahkan pasti, tapi itulah inti perjuangan dimana proses adalah segalanya.
Sementara itu Andi menonton dari luar lintasan. Dia dan si hitam menunggu giliran kedua. Mengamati dengan jeli, seberapa jeli mereka melaju untuk memungkinkan berebut kesempatan jadi juara.
"Bersedia....siap...yak!"
Akhirnya berpaculah dengan waktu. Berlari bersama angin. Meninggalkan debu-debu beterbangan membuat sesak di nafas. Saling kejar, pula saling menyusul dan saling berusaha meninggalkan untuk jadi yang tercepat dan terbaik.
Si hitam berlari cukup konstan. Perlahan tapi pasti terus merapatkan diri dengan pimpinan lomba yang sedang diperebutkan, dia kerbau terdepan. Harapan selalu ada!
"Hitam, ayo kamu bisa!" teriak Andi di atas pacunya.
Jarak kurang 100m. si hitam coba mendahului. Satu kepala selisih dibuatnya sudah. Mulai sejajar, saat-saat mendebarkan mendekati finis. Siapa yang bakal lolos? Layak kita tunggu kiprahnya lebih lanjut.
"Ayo Hitam, rumah baru menanti!"