Suasana diam yang dipertontonkan. Mulut-mulut terkunci, mata dengan tajam memandang pada Andi yang kusut.
"Kau tau yang telah kau lakukan tadi siang, Andi?"
Diam...ambil pilihan. Tetap dengan sikapnya, menunduk melingkarkan badan. Menutup segala pandang yang tertuju ke padanya, membuang mata ke sudut kering lantai-lantai tanah.
"Dengar, sekarang kamu harus minta maaf pada Anang...sekarang!"
"Tapi?"
"Tidak ada tapi-tapian, minta maaf pada Anang dan berjanji takkan mengulanginya?"
Sekali lagi Andi hendak menyanggah, membela dirinya bahwa dia tak bersalah. Apa yang dilakukannya hanya akibat dari yang dideritanya. Apapun alasannya, Ananglah yang memulai lebih dulu. Dia mengambil si hitam!
"Nyolong katamu?"
"Dengar! Apa yang bisa marah cuman Andi? Si Mas yang biasanya tenang and kalem tiba-tiba meluapkan dirinya. Emosi meluncur karena kekesalannya pada adik yang disayanginya. Bagaimana tidak, sang adik main hakim sendiri asal gontok and pukul tanpa tahu duduk persoalannya.
"Dengar baik-baik, kau pasti akan menyesal mendengarnya!"
Saatnya mengerti. Alkisah dua tahun yang lalu. Malang tak dapat diraih, untung tak dapat ditolak.