“Oh. Tidak apa - apa”, kata gadis itu menghibur. “Saya sangat senang menerima kedatangan Pangeran”, sambungnya.
Kemudian Jompong Suar berbicara. “Tuan Putri, hamba bukanlah seorang Pangeran, hamba bukan dari golongan berdarah biru. Hamba adalah manusia biasa”, kata Jompong Suar menjelaskan kedudukan dirinya. “Nama hamba Jompong Suar anak desa, tuan Puteri.” Setelah mendengar penjelasan itu gadis itupun berkata.
“Wahai kanda Jompong Suar namaku Mandang Wulan. Tetapi panggil saja aku dinda supaya pembicaraan kita lebih akrab”.
Selanjutnya Jompong Suar melanjutka pertanyaan. “Wahai dinda Mandang Wulan. Gerangan apakah sebabnya dinda berada di tempat ini. Jika dinda manusia juga seperti aku tolong jelaskan kepada kanda siapakah ayah bunda adinda dan di manakah mereka sekarang berada?”.
Sejenak gadis itu terdiam. Matanya berkaca - kaca. Bibirnya yang tipis mungil itu bergetar seolah - olah ia mencoba membendung sesuatu perasaan yang menyesakkan di dadanya. Jompong Suar menatapnys dengan pandangan yang sangat bersahabat, sehingga gadis itu merasa yakin untuk menjelaskan siapa dirinya sebenarnya.