“Nenekku akan kembali ke gua setelah matahari terbenam. Karena itu tenangkanlah diri kanda. Aku akan ceritakan lebih jauh tentang diriku ini. Kanda, sebenarnya aku ini adalah putri seorang raja. Tetapi aku bernasib buruk. Dahulu sewaktu aku berjalan - jalan di halaman istana tiba - tiba aku disambar oleh seorang raksasa wanita dan membawaku ke tempat ini. Aku meronta - ronta dan minta tolong tetapi waktu itu tak ada yang mendengarku. Tak seorangpun dari penghuni istana mengetahui kepergianku. Sekarang sudah setahun lamanya aku tersiksa di tempat ini, tinggal menunggu saatnya aku kan mati”. Mandang wulan mengakhiri ceritanya. Air matanya deras mengalir. Segala perasaan berkecamuk di dalam batinya. Rindu ayahda dan bunda, rindu saudara - saudaranya. Teringat saat – saat bahagia bersama ayah bunda dan segenap penghuni istana. teringat inang pengasuhnya yang mengurusnya setiap hari. Sekarang selama setahun hati dan jiwanya kosong. Dengan kehadiran Jompong Suar ada setitik harapan di dalam batinnya. Mungkinkah Yang Maha Kuasa telah datang untuk menolongnya.
Iba hati Jompong Suar mendengar penuturan gadis jelita itu. Seperti halnya Mandang wulan, maka sekarang Jompong Suar mencoba mencoba membagi perasaan dengan Mandang Wulan, Jompong Suar mencoba untuk menceritkan dirinya lebih jauh lagi.
“Dinda Mandang Wulan tercinta. Jika demikian halmu maka dengarlah ceritaku”, kata Jompong Suar. Bergetar hati Mandang Wulan menyimak kata - kata Jompong Suar. Ada perasaan lain yang menyejukkan hatinya. Kemudian Jompong Suar melanjutkan kisahnya.
“Aku ini lelaki yang bernasib buruk tak ubahnya seperti engkau juga. Aku dituduh bersalah besar. Paduka raja memberiku hukuman yang berat. Ya hukuman yang sangat berat yang sebenarnya tak kuasa aku untuk melalukannya. Aku diperintahkan untuk mencari sebatang bambu berdaun emas, berbunga intan. Jika aku menemukan bambu itu maka aku akan beroleh hadiah dari baginda Raja, tetapi jika tidak maka aku akan mendapatkan hukuman yang lebih berat lagi. Telah habis daratan kudatangi tetapi bambu itu tidak kutemukan. Kini aku mencari di hutan rimba. Itulah sebabnya aku sampai ke tempat ini. Jika tiada akupun takkan kembali walaupun ayah dan ibu menungguku kembali. Demikian dinda kisahku sampai aku berada di hadapanmu sekarang ini”. Jompong Suar mengakhiri kisahnya.
Kini mandang Wulan merasa agak tenang dan terhibur. Sekarang setelah hadir di sampingnya seseorang dimana dia dapat membagi duka derita. Ada perasaan senasib, ada kekuatan batin yang menyatu untuk menembus apapun permasalahan dan penghalang dalam hidup ini. Dua kekuatan yang selama ini beku dan hampir mati, kini saling mengisi kekosongan masing - masing.