Mohon tunggu...
mastika liansari
mastika liansari Mohon Tunggu... -

Universitas Mataram/PPKn/6/2015

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Jompong Suar

7 Juli 2015   21:06 Diperbarui: 7 Juli 2015   21:06 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

 

“Benar Kanda. Tak tahan aku di tempat ini. Perjumpaan kita yang tak terduga ini adalah petunjuk Tuhan. Bawalah aku kemana saja. Jangan tinggalka aku Kanda. Aku tak ingin berpisah denganmu. Kalau aku harus mati maka biarkanlah aku mati asalkan tetap bersamu, Kanda”, kata Mandang Wulan.

 

    Keduanya segera meninggalkan gua mereka itu. Mereka membawa bambu berdaun emas dan beebunga intan itu. Bambu itu adalah milik Nenek raksasa tidak sebatangpun terdapat di tempat lain. Bambu itu tingginya hanya sehasta, mempunyai empat ruas dan empat pula buku. Pada setiap buku terdapat sebuah tangkai. Dan di ujung tangkai terdapat sebuah daun emas dan masing - masing mempunyai sebuah kuncup yang warnanya berbeda pula. Tangkai pertama berwara hijau dinamakan kuncup angin. Tangkai kedua berwarna putih dinamakan kuncup air. Tangkai ketiga warnanya merah dinamaka kuncup api. Sedangkan yang keempat berwarna kuning dinamakan kuncup tanah. Dari batangnya keluarlah sinar yang indah lebih - lebih di malam hari. Karena itu siang malam kedua remaja itu terus berjalan berkat adanya sinar terang bambu emas itu menjadi penerang jalan yang dilaluinya.

 

Setelah tiga hari tiga malam lamanya mereka berjalan menyusuri belantara, tiba - tiba pada hari keempat terdengar oleh mereka suara menakutkan. Putri Mandang Wulan maklum bahwa suara itu adalah suara raksasa. Rupanya rakasasa itu sudah mengetahui kalau Mandang Wulan telah menghilang lari meninggalkan gua. Raksasa itu terbang mengitari hutan mencari cahaya bambu emas kepunyaannya. Mandang Wulan telah melihat raksasa itu datang mengejar mereka. Bagaikan akan tumbang pepohonan disebabkan angin kepakan sayapnya. Jompong Suar mulai kuatir akan keselamatan mereka berdua. Namun tidak demikian dengan Mandang Wulan.

 

“Kanda berikan bambu itu kepada dinda, agaknya kita dalam bahaya”, ucapnya. Segeralah Mandang Wulan meniup kuncup angin. Maka seketika bertiuplah angin yang sangat kencang dan kuat ke arah raksasa itu. Raksasa itu terlempar dan kemudian terhempas ke tanah. Raksasa itu meraung - raung kesakitan.

 

Kemudian mereka melanjutkan perjalanan. Namun tidak lama kemudian raksasa itu datang lagi. Kali ini ia lebih geram. Suara teriakannya menggemuruh menggema seolah - olah akan meruntuhkan seluruh pepohonan yang ada. Raksasa itu kini sangat marah. Jompong Suar sangat ketakutan. Mereka berdua terus saja berjalan berlari, sementara itu raksasa terus mengejar. Ketika raksasa itu sudah semakin mendekat maka berkatalah Putri Mandang Wulan.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun