Mohon tunggu...
Mar wan
Mar wan Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Penulis

Hoby Nulis dan Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Kalosara Warisan Adat, Seni dan Budaya Merajut Peradaban Sejarah Lokal Tolaki Konawe, Sulawesi Tenggara

27 Juli 2022   21:49 Diperbarui: 27 Juli 2022   22:23 1853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sebab sifat dan bentuknya telah diketahui oleh individu dengan sistem nilai pada suku tersebut, misalnya seorang suku Tolaki yang ciri khasnya dari dialek bahasa daerah yang diucapkan berakhiran “o” pada kata Leundo (Marimi), Yamoto (jangan) kata ini sering ditambahkan marimi akhiran “Mi” kata Iyoto (iya) dll.

Kebiasaan dari sumber makanan yang biasa di konsumsi adalah sagu dengan kata Sinonggi (Makanan dari olahan pohon Sagu diolah dengan cara menyiram air panas kedalam baskom yang berisi sagu cair, kemudian secara perlahan sagu ini mengeras seperti Lem.

Peradaban adalah merupakan tata nilai kesopanan berpakaian, kesopanan dalam bertutur kata, kesopanan menerima adat seseorang dsb.

BAB VIII

Hukum Adat  Dan Sejarah Pancasila

Indonesia dengan zaman kerajaan majapahit, mengupayakan bersatunya nusantara melalui sumpah palapa, Sang panglima perang Gajah Mada, diabadikan sebagai nama Universitas Gajah Mada (UGM) di Yogyakarta, merupakan symbol dan jejak sejarah kita bahwa nusantara akan lebih kuat jika semua daerah,

raja-raja saat itu mau menyatukan kekuatan melawan penjajahan asing maka akan mudah memperoleh kemenangan untuk merdeka, tetapi konsep tersebut juga tidak sia-sia bagi bangsa Indonesia, sebab secara hakikat dan empiris pilosofis,

demografis Indonesia faktanya memiliki keberagaman suku, ras, bahasa dan kultur yang berbeda, saat Gajah Mada mengaungkan sumpah palapa beberapa kerajaan besar, paham dan mau ikut dengan gagasannya tetapi secara universal sebagian raja belum mau menyatukan pendapat dalam hal kebhinekaan atau Negara kertagama oleh Empu Tantular telah jauh memberi gagasan tentang konsep ini.

Sehingga fakta sejarah Gajah Mada dan Empu Tantular sama-sama menginginkan persatuan Indonesia, lalu masa itu memang belum terlihat sikap wawasan kebangsaan pada rakyat di sekitar kerajaan oleh sebab pendidikan belum meluas atau zaman prasejarah sebelum manusia mengenal sejarah, 

tetapi jiwa dan nilai kekuatan kebangsaan begitu kuat sebab tak terpengaruh oleh ruang berpikir politis dan ekonomi yang terobsesi oleh keduniaan yang tinggi, maka jejak sejarah ini menurut hemat penulis apabila kita melihat sudut pandang kebersamaan maka telah ada sudah cukup lama,

namun pengaruh-pengaruh kekuasaan yang agresif terhadap penguasaan wilayah kerajaan menyebabkan setiap raja dan para tentara kerajaan beradu fisik untuk menguasai kerajaan lain, secara lebih mengemuka kalimat Bhineka Tunggal Ika.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun