Mohon tunggu...
Marshel Leonard Nanlohy
Marshel Leonard Nanlohy Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Finding God In All Things

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bunga Padma (Cerita Pendek)

23 Juli 2024   09:40 Diperbarui: 23 Juli 2024   14:01 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia tersenyum kecil, lesung pipinya semakin terlihat jelas. Matanya tampak menyala melihat mawar merah yang kuambil. Gadis kecil itu masih terdiam, seolah tersihir oleh wangi dan warna merah dari bunga mawar yang merona sempurna.

"Aku mau bunga mawarnya, Kak," dia membalas dengan suara lembut yang nyaris berbisik.

"Siap Nona, kalau mau lihat-lihat lagi, gapapa, Kakak masih punya banyak bunga bagus lainnya," jawabku, menawarkan pilihan bunga lain.

Aku berjalan menuju sudut lain dari ruangan, mengambil bungkus plastik untuk menghias mawar yang dipilih oleh si gadis kecil.

Anak itu masih berjalan, mengelilingi rak-rak bunga, melihat dengan teliti, satu per satu. Sesekali, dia mendekatkan hidungnya pada kelopak bunga, berusaha menemukan perbedaan wangi yang dihasilkan oleh setiap bunga yang ada di rak bagian bawah.

Setelah selesai membungkus bunga, aku membawakannya kepada anak itu. "Bunganya untuk siapa, Dik?" tanyaku penasaran.

Gadis itu kembali tersenyum. Kali ini, kedua alisnya sedikit terangkat, menyiratkan misteri yang belum sempat aku terjemahkan. "Untuk mama," jawabnya singkat. Kata-katanya membuatku terhenyak beberapa saat. Ada sesuatu yang dalam dan tulus di balik alasan sederhana itu.

Aku memberikan bunga mawar yang sudah terbungkus rapi. "Ini, semoga mama suka sama bunganya," balasku seraya mengulurkan tangan, memberikan bunga mawar yang warnanya merah sempurna.

Dia mengangguk penuh semangat, senyuman perpisahannya masih aku ingat hingga saat ini. "Terima kasih ya, Kak," dia menjawab dengan nada ceria.

Gadis kecil itu lalu merogoh kantongnya, mengambil uang untuk membayar bunga mawar itu, kemudian melangkah keluar dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya.

*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun