Dia datang untuk membeli bunga.
Aku ingat betul, pada kedatangan pertamanya, gadis kecil itu memakai baju seragam SD. Dia menggunakan kemeja putih dan rok berwarna merah. Biasanya, pembeli yang berkunjung sudah mulai berkurang setelah jam lima sore, toko menjadi lebih sepi setelahnya. Sore itu, aku sedang merapikan uang yang ada di mesin kasir, bersiap untuk menutup toko.
Ketika aku sedang sibuk menata uang-uang kembalian, terdengar suara dentingan lonceng,
"tringgg...." bunyi lonceng yang menggantung di sudut atas pintu, tanda bahwa pintu toko terbuka.
Anak ini berhasil memecahkan rekor pembeli termuda, setidaknya yang tertulis di catatanku, sejak aku mulai bekerja enam bulan lalu. Dia selalu datang sendiri, tidak pernah aku melihatnya datang didampingi oleh siapa pun.
"Permisi, Kak," sapanya, lembut.
Aku menoleh, melayangkan pandanganku ke arah pintu masuk. "Haloo, ada yang bisa aku bantu?" balasku hangat.
Aku meletakkan buku catatanku, meninggalkan uang-uang kembalian yang sedang aku rapikan, lalu melangkah mendekat.
"Mau cari bunga apa, Nona?" tanyaku ramah, selagi memperhatikan penampilannya, seperti yang biasa kulakukan kepada setiap pembeli.
Gadis kecil itu mengangguk pelan, matanya berkeliling melihat bunga-bunga yang tertata rapi. "Aku lagi cari bunga..." dia terhenti. Tatapannya berbinar, tertuju pada sebuah bunga mawar, dia terkagum melihat kelopak merahnya yang terlihat menyala, tersorot sinar matahari senja.
Aku tersenyum, mengambil setangkai mawar merah yang tampak segar dan mekar sempurna. "Ini, kamu mau lihat bunga mawarnya dari dekat?" kataku menebak, sambil memberikan bunga itu ke hadapannya.