Kami kemudian sampai pada halaman depan, tangga menuju padepokan. Anakku memeluk kakiku ketika kutiupkan daun tersebut. Tangannya gemetar, menggenggam kakiku erat-erat.
“Ada apa Ria?”
Dia menunjuk pada tangga yang kini banyak dilangkahi orang. Hari ini hari libur, dan ternyata banyak sekali, ribuan malah yang kini berkunjung ke tempat ini, membuat antrian yang sangat panjang di tangga-tangga.
“Itu gak apa orang-orangnya pah?”
“Orang apa?”
“Itu, yang diinjek-injek itu.”
Kusuruh duduk Ria untuk menjelaskan lebih lanjut, dan kini dia menjelaskan bahwa banyak sekali orang-orang yang bertumpuk membentuk tangga, bertelanjang, berteriak, menangis setiap kali terdapat seseorang menginjak mereka. Aku hanya memandangi Ucok yang kini menangis, berkata bahwa di dalam mimpinya sang anak telah menjadi bagian dari tangga tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H