Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Papa dan Ayah] Malaikat di Pentas Seni

22 November 2019   06:00 Diperbarui: 22 November 2019   06:17 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Beri orang itu pelajaran. Tapi jangan sampai membuatnya terluka parah, apa lagi masuk ICU seperti Menko Polhukam kita yang diserang teroris itu. Cukup buat dia jera. Mengerti?" perintah Adica.

Sebenarnya, Adica tak mau melakukan ini. Namun, Frater Gabriellah yang memulai duluan. Siapa yang menyakiti Silvi, dia telah mengguratkan luka di dada si kembar Calvin dan Adica.

Frater Gabriel datang. Seperti biasa, dia naik sepeda. Sepeda tuanya terparkir di antara motor dan mobil mahal milik civitas academica lainnya. Baru saja Frater Gabriel turun dari sepeda...

Buk! Buk! Plak!

Orang-orang bertubuh besar dan berwajah sangar menyerangnya. Mereka memukul, menendang, dan menampar Frater Gabriel sekuat tenaga. Frater bertubuh semampai itu blingsatan melawan mereka. Perlawanan tak seimbang. Dalam sekejap, Frater Gabriel tumbang.

"Berani lo nyakitin anak bos gue! Berani lo!" teriak salah satu penyerang.

"Siapa yang kalian maksud?" tanya Frater Gabriel menantang.

"Berani lo bikin Nona Silvi nangis!"

"Oh, jadi kalian suruhan Silvi?" balas Frater Gabriel.

"Pokoknya lo nggak boleh nyakitin Nona Silvi! Lo harus dateng ke pentas seni bareng dia!"

"Kalo saya nggak mau...?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun