Calvin menatap pantulan bayangan Silvi di cermin. Anak tunggalnya cantik sekali dalam balutan maxi dress berwarna putih. Rambutnya diikat tinggi-tinggi dan diselipi hairpiece berformat kepingan salju. Kontras dengan kecantikannya, hari ini wajah Silvi sendu.
"Masih sedih, Sayang? Angan khawatir...kamu nggak akan ke pensi sendirian." kata Calvin menenangkan.
"Maksud Ayah apa sih? Sampai sekarang Silvi belum dapat pasangan."
"You will see."
Ting tong
Siapa yang datang? Silvi menoleh ke pintu depan. Mendadak ia kehilangan minat pada cermin. Calvin dan Silvi beranjak membukakan pintu.
"Frater Gabriel?"
Mata Silvi melebar tak percaya. Sorot aneh memancar di mata Calvin. Bukankah pemuda ini telah menolak ajakan anaknya?
"Silvi, kamu ke pensi bareng saya ya. Masih mau, kan?" tanya Gabriel kikuk.
Wajah Silvi merona. Firasat Calvin tak enak. Sungguhkah pemuda sok suci ini mengajak Silvi?
"Ma...mau kok." sahut Silvi terbata.