Di puncak tangga, Adica mengawasi adegan itu dengan puas. Pelajarannya pada Frater Gabriel manjur juga. Kedua kakinya menuruni anak tangga satu demi satu.
"Frater, kita ke sana naik apa?" Silvi bertanya memecah kekakuan.
"Naik sepeda ya. Semoga kamu nggak keberatan. Aku..."
"Kalian akan naik mobil."
Frater Gabriel tersentak. Begitu melihat Adica dan Calvin berdiri bersisian, hatinya dipenuhi tanya. Ayah Silvi ada dua. Ayahnya Silvi bukan Amoeba, kan? Tak mungkin mereka bisa membelah diri seperti protozoa.
Adica menyeringai. "Bingung ya, ada gue? Gue sama orang ini kembar."
"Kalian ini sebenarnya ayah atau kakaknya Silvi? Rasanya terlalu muda kalau jadi ayah."
Calvin siap menjawab, namun Adica menyikut rusuknya. Adica melayangkan tatapan pada Calvin. Biarkan-dia-penasaran, begitulah maksud tatapannya.
Silvi dan Frater Gabriel pamit. Mereka pergi ke pensi diantar supir. Sepeninggal pasangan aneh itu, Calvin makin cemas. Ia tak bisa membiarkan Silvi pergi sendirian.
"Perasaanku nggak enak, Adica. Aku mau ke sekolah." ungkap Calvin resah.
Adica mendesah tak sabar. Disebutnya Calvin ayah over protektif.