Luka, luka merobeki hati Calvin di tiap tetes air mata anaknya. Sungguh, ia tak sanggup mendapati anaknya bersedih hati. Biarlah dirinya saja yang tersakiti.
Dengan sabar, Calvin menghapus air mata Silvi. Ia menunggu Silvi berhenti menangis. Setelah itu, diajaknya Silvi kembali ke lokasi acara.
"Untuk apa, Ayah?" tanya Silvi hampa.
"Kita, kan, belum lihat acara puncak. Kita belum dapat door prize buat pasangan paling romantis yang datang ke pensi."
Silvi menggeleng lemah. Bagaimana mau dapat door prize? Pasangannya sudah kabur.
"Siapa bilang Silvi nggak punya pasangan? Ayah bisa kok jadi pasangan Silvi." Calvin menawari.
Sesaat Silvi sangsi. Calvin meyakinkannya. Hanya Catharina dan Natasha yang mengenali Calvin sebagai ayah Silvi. Sedangkan dua gadis itu sibuk sendiri dengan pasangan mereka.
Keraguan di hatinya lesap. Silvi menggandeng lengan Ayahnya memasuki lokasi acara. Mereka tiba tepat pada waktunya. Band yang akan tampil di acara puncak sedang bersiap-siap. Master of ceremony sedang menjelaskan aturan main untuk mendapatkan door prize di acara puncak.
"Saat lagu dibawakan, tiap pasangan harus menari. Bagi pasangan yang paling serasi dan gerakan tariannya seirama, dinobatkan sebagai pasangan romantis. Pasangan itu yang akan dapat hadiah."
Calvin tersenyum. Mudah sekali aturannya. Menari bukan masalah baginya. Semasa kuliah, Calvin sering mengikuti event modeling. Koreografi sudah menjadi makanan sehari-hari.
Musik mengalun. Calvin meraih tangan kanan Silvi. Tangan satunya ia lingkarkan ke pinggangnya. Silvi menikmati ketampanan sang ayah dari dekat. Wajah Ayahnya kian memikat saat menuntunnya dalam gerakan-gerakan koreografi.