"Iya. Saya korban kecelakaan. Nama saya Anton Surya. Kamu?"
Tanpa diduga, malah perkenalan singkat. Rupanya punya niat baik. Calvin tersenyum simpul. Menjabat tangan Anton dan memperkenalkan namanya.
Kelanjutannya malah agak lucu. Baru berkenalan, Calvin langsung mengajak Anton jalan-jalan ke taman rumah sakit. Ada dua kemungkinan di sini. Kemungkinan pertama, Calvin tergolong cepat akrab dengan orang lain. Kemungkinan kedua, sudah terlalu lama kesepian hingga siapa pun orang yang ditemuinya ia ajak ngobrol dan jalan-jalan.
Anton tak keberatan. Ia berjalan di samping Calvin. Mendengarkan ceritanya. Sesekali menanggapi. Sesekali menjawab pertanyaan.
Mendengarkan Anton bicara membuat Calvin tersadar. Wajahnya perpaduan Mongoloid dan Kaukasoid. Namun, aksen dan cara bicaranya sehalus dan sesantun priyayi. Ini menarik. Pastilah Anton bukan orang sembarangan. Kelihatan dari sikap dan cara bicaranya.
Di lobi rumah sakit, langkah mereka terhenti. Mereka melihat seorang pria tampan berkulit putih dan berambut lurus tengah memainkan biola. Sekitar dua belas anak kecil berpiyama rumah sakit duduk di sekelilingnya. Pria berkulit putih ini pun mengenakan pakaian rumah sakit. Tangannya begitu mahir memainkan biola. Membawakan lagu anak-anak. Sepertinya ia sedang menghibur anak-anak yang menjalani perawatan di rumah sakit.
"Wow, menarik. Apa yang dia lakukan?" Calvin, yang suka mengamati tingkah laku orang-orang di sekitarnya, mulai penasaran lagi.
"Sepertinya, dia sedang menghibur anak-anak itu lewat permainan biolanya." jawab Anton.
Mata Calvin dan Anton bertemu pandang dengan pemain biola itu. Si pria kelihatannya tertarik, lalu ia bangkit berdiri.
"Hari ini udahan dulu ya? Besok kita lanjut lagi," kata pria itu lembut.
"Yah...Kak Albert mau udahan? Masih pengen sama Kak Albert..."