Satu kisah penuh luka kembali terurai. Tetiba saja Arif berkata.
"Mungkin aku masih lebih beruntung. Aku masih sempat merasakan manisnya dicintai."
Tiga pasang mata menatap heran, tiga alis terangkat, dan tiga kerutan di kening pertanda tak mengerti.
"Apa maksudmu?"
"Dulunya, aku seorang Frater. Aku juga tak mengerti mengapa keluargaku yang broken home, ibuku yang pergi waktu aku masih kecil, dan ayahku yang jatuh miskin lalu memaksaku murtad, akhirnya membawaku ke jalan panggilan untuk hidup membiara. Setahun sebelum aku lulus dari sekolah Teologi, aku dekat dengan seorang gadis. Dia...dia gadis yang sangat cantik. Her name's Renna. She's beautiful, kind, and smart."
Pria berdarah Jawa-Jerman-Skotlandia itu tertunduk dalam.
"Aku menyesal. Mengapa dulu tak bersama Renna? Sehari sebelum retret tahunan, kuusir Renna dari hidupku. Padahal dia tulus mencintaiku. Dia bahkan mempercayakan salah satu bisnis kuliner milik keluarganya untuk dikelola olehku. Tapi...aku malah berbuat kasar padanya. Saat itu, aku pun tidak bisa berbuat apa-apa karena Romo Peter, pastor pembimbingku waktu itu, memata-matai dan menghalangiku bersama Renna. Dia bilang, godaan dari dunia luar begitu kejam menggoda."
Ketegangan mengalir. Tiga pria tampan di kanan-kiri Arif mulai gelisah.
"Namun, tiga bulan sebelum tahbisan Imamat, aku resah. Hidupku tak tenang. Rasanya, ini bukan jalanku. Aku juga menyesal telah menyia-nyiakan Renna. Tiap perbuatan ada balasannya. Aku tiba di titik terdalam penyesalanku. Akhirnya, aku berani mengambil keputusan. Aku lepas jubah dan meninggalkan biara. Kini hidupku bebas. Lalu aku kembali ke pelukan Islam yang indah, kembali memeluk agamanya Nabi Muhammad dengan keinginanku sendiri. Orang tuaku boleh saja murtad, tapi aku ingin kembali ke jalan yang benar. Islam membawaku pada kebahagiaan sejati. Aku berhasil membangun bisnis dari awal sampai sekarang. Jaringan hotel yang kukelola maju pesat. Kecintaanku paada Islam semakin dalam. Tapi ada satu hal yang kurang: Renna. Aku mencarinya, aku merindukannya. Ternyata...Renna sudah menikah dengan pria Sunda-Tionghoa bernama Rafly."
Ini jauh lebih menyakitkan. Luka yang tercipta akibat penyesalan. Arif sangat menyesal telah menyia-nyiakan Renna, kemudian ia menghadapi kenyataan pahit.
"Laa haula wa la quwata illa billah..." Calvin bergumam perlahan.