Seorang anak perempuan dengan rambut dikepang merajuk manja. Si pria yang dipanggil Albert mengusap kepalanya.
"Besok kita ketemu lagi, Sayang."
Setelah berpisah dengan anak-anak itu, si pria pemain biola bergegas menghampiri Anton dan Calvin. Satu tangannya menenteng biola.
"Hai...kalian pasien di sini? Kenalkan, saya Albert Fast. Just call me Albert."
Ketiga pria tampan itu bersalaman. Calvin lagi-lagi tergelitik. Otaknya mulai menarik benang-benang perkiraan. Bila Anton layaknya priyayi Jawa, Albert malah berbahasa Indonesia dengan logat British. Macam-macam saja dua kawan barunya ini.
Sebaliknya, Albert dan Anton sama herannya. Bagaimana tidak, mereka bertemu lelaki tampan berwajah Chinese, namun bahasa Indonesianya sangat lancar. Tidak ada logat Tionghoanya sama sekali.
Mereka tiba di pelataran rumah sakit. Nampak seorang pria bertubuh ramping dengn belahan di dagunya sibuk menelepon. Ia bicara cepat dalam Bahasa Inggris campur Indonesia logat Scottish. Begitu fokusnya menelepon sampai-sampai ia tak sadar jika beberapa kotak di tangannya terjatuh.
"Allright, kita atur lagi. Ok, bye."
Si pria dengan belahan pada dagunya itu menurunkan ponselnya. Terperangah menyadari kotak-kotak yang ia pegang bergeletakan di rumput. Tanpa diminta, Albert, Calvin, dan Anton membantu memunguti kotak-kotak itu.
"Thanks," ucap si pria ramping penuh terima kasih.
"You're wellcome."