"Kamu pasti sembuh. Selalu ada harapan." Anton berkata membesarkan hati.
"Ah sudahlah. Aku sudah pasrah. Yang penting istriku, Andini, telah berada di tangan yang tepat."
Tatapan Albert tak fokus. Ketiga pasang mata indah, ketiga wajah tampan menyeruak penuh kebingungan.
"Iya, aku berpura-pura sudah meninggal agar Andini bisa menikah lagi. Aku sangat mencintai Andini, terlalu mencintainya. Mana mungkin kubiarkan dia menderita bersamaku?" Albert tersenyum pahit, teringat istri cantiknya.
"No way! Kamu pura-pura sudah meninggal biar istrimu bisa menikah lagi? Are you sure? Kamu yakin, istrimu dinikahi orang yang tepat?" sergah Arif.
"Sure...karena Andini dinikahi Fahmi Hartanto, pemimpin Hartanto Group yang notabene cinta pertamanya."
Mendengar itu, Calvin menepuk dahinya. "Fahmi Hartanto? Aku pernah kerjasama dengannya...dunia sempit ya."
"Pasti hatimu terluka. Sulit melihat orang yang kita cintai, berbahagia dengan orang lain." komentar Arif.
"Luka hatiku tidak ada apa-apanya dibandingkan rasa syukurku karena melihat Andini bersama Fahmi. Lebih baik aku yang terluka."
Kekaguman merayapi hati. Pria berdarah Sunda-Inggris ini berjiwa besar.
"So, sekarang kamu hidup sendiri?" lanjut Calvin.