"Hanya ditemani staf-stafku. Sibuk mengurus perusahaan travel tak membuatku melupakan Andini. Sampai akhirnya kondisiku drop dan aku harus dirawat di sini."
Ah, ini menyedihkan. Albert Fast, pengusaha kaya yang kesepian. Ia sakit parah, lalu berpura-pura sudah meninggal demi kebahagiaan istri tercintanya. Kisah pedih dan tragis.
"Mudah-mudahan kamu bahagia. Paling tidak, kamu sudah tahu bagaimana rasanya menikahi wanita yang kamu cintai. Sedangkan aku...?"
"Kenapa? Memangnya apa yang terjadi denganmu, Anton?"
Wajah Anton berubah sendu. Pemilik restoran berdarah campuran Jawa-Belanda itu terkenang kembali sepupu jauhnya yang sangat cantik.
"Aku mencintai Sarah, sepupu jauhku sendiri. Sudah kubulatkan tekad untuk menikahinya. Tapi, dia tak mau menikah denganku dan memilih pria lain. Aku tak bisa berbuat apa-apa. Di hari pernikahan Sarah, aku frustasi. Kulajukan mobilku dengan kecepatan tinggi, lalu aku kecelakaan."
Kisah cinta yang tak kalah memilukan. Beberapa kali Anton mengerjapkan mata. Mengusir bayangan Sarah dari pikirannya.
"Kupikir, aku akan kehilangan ingatan setelah kecelakaan. Ternyata tidak. Aku masih bisa mengingat Sarah dengan jelas. Dia, dan semua kenangan indah bersamanya, akan tersimpan abadi dalam memoriku."
Hening sesaat. Entah ini layak disebut kisah cinta terlarang atau tidak. Mungkin tak terlarang, namun sepertinya Sarah punya alasan lain untuk menolak cinta dari pria sebaik Anton.
"Be strong. Tak ada yang abadi. Kesedihan akan berlalu seiring berjalannya waktu." hibur Arif perlahan.
"Aku hanya bisa berharap Sarah bahagia dengan pilihannya." ungkap Anton sedih.