Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Perkumpulan Pria-pria Terluka

29 Januari 2018   06:04 Diperbarui: 29 Januari 2018   06:05 1501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iya. Saya korban kecelakaan. Nama saya Anton Surya. Kamu?"

Tanpa diduga, malah perkenalan singkat. Rupanya punya niat baik. Calvin tersenyum simpul. Menjabat tangan Anton dan memperkenalkan namanya.

Kelanjutannya malah agak lucu. Baru berkenalan, Calvin langsung mengajak Anton jalan-jalan ke taman rumah sakit. Ada dua kemungkinan di sini. Kemungkinan pertama, Calvin tergolong cepat akrab dengan orang lain. Kemungkinan kedua, sudah terlalu lama kesepian hingga siapa pun orang yang ditemuinya ia ajak ngobrol dan jalan-jalan.

Anton tak keberatan. Ia berjalan di samping Calvin. Mendengarkan ceritanya. Sesekali menanggapi. Sesekali menjawab pertanyaan.

Mendengarkan Anton bicara membuat Calvin tersadar. Wajahnya perpaduan Mongoloid dan Kaukasoid. Namun, aksen dan cara bicaranya sehalus dan sesantun priyayi. Ini menarik. Pastilah Anton bukan orang sembarangan. Kelihatan dari sikap dan cara bicaranya.

Di lobi rumah sakit, langkah mereka terhenti. Mereka melihat seorang pria tampan berkulit putih dan berambut lurus tengah memainkan biola. Sekitar dua belas anak kecil berpiyama rumah sakit duduk di sekelilingnya. Pria berkulit putih ini pun mengenakan pakaian rumah sakit. Tangannya begitu mahir memainkan biola. Membawakan lagu anak-anak. Sepertinya ia sedang menghibur anak-anak yang menjalani perawatan di rumah sakit.

"Wow, menarik. Apa yang dia lakukan?" Calvin, yang suka mengamati tingkah laku orang-orang di sekitarnya, mulai penasaran lagi.

"Sepertinya, dia sedang menghibur anak-anak itu lewat permainan biolanya." jawab Anton.

Mata Calvin dan Anton bertemu pandang dengan pemain biola itu. Si pria kelihatannya tertarik, lalu ia bangkit berdiri.

"Hari ini udahan dulu ya? Besok kita lanjut lagi," kata pria itu lembut.

"Yah...Kak Albert mau udahan? Masih pengen sama Kak Albert..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun