Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Chika, Aku Tidak Bisa Melihat Wanita Menangis

23 Februari 2017   06:09 Diperbarui: 24 Februari 2017   00:00 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Pagi!” jawab anak-anak bersemangat.

“Kita kenalan dulu ya. Ayo, satu-satu maju ke depan. Siapa mau duluan?”

Murid di kelas ini cukup aktif. Mereka ekspresif dan tak segan bicara di depan banyak orang. Saat perkenalan, tahulah Albert kalau anak yang kehilangan kedua tangannya itu bernama Eryn.

“Kalian semua udah punya cita-cita belum?”

“Punya!”

Anak-anak berebutan menyebutkan cita-cita mereka. Ada yang ingin menjadi dokter, pilot, polisi, tentara, pengusaha, wartawan, dan masih banyak lagi. Hanya Eryn yang tetap diam. Albert menangkap itu semua. Dia berjalan ke bangku Eryn. Mengingat Eryn bertubuh mungil sementara Albert sendiri berpostur tinggi, ia lantas berlutut. Menyamakan tinggi tubuhnya dengan Eryn.

“Eryn mau jadi apa kalau sudah besar nanti?” tanya Albert.

Bukannya menjawab, Eryn justru menangis. Anak-anak menatapnya iba. Hati Albert tersentuh. Ia tak bisa melihat wanita menangis. Terlebih Eryn masih kecil. Diusap-usapnya rambut anak itu. Dirangkulnya hangat.

“Eryn nggak tahu mau jadi apa...Eryn pengen jadi dokter, tapi kan Eryn nggak punya tangan. Eryn nggak berguna! Nggak pantas punya cita-cita!” teriak Eryn frustasi.

Albert sudah siap dengan kemungkinan seperti ini. Ia telah terbiasa menghadapi anak-anak.

“Eryn, tiap orang harus punya cita-cita. Tiap orang juga berhak meraih cita-citanya. Termasuk kamu, Eryn. Eryn istimewa. Jadikan kekurangan Eryn sebagai kelebihan. Jangan menyerah...ya?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun