Mohon tunggu...
Kundiharto
Kundiharto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Psychology Student

Deep interest in the fields of Information Technology, Psychology, Marketing, Management, and Entrepreneurship

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Zonasi, Ketimpangan Pendidikan di Balik Kebijakan Pemerataan

10 Oktober 2024   20:31 Diperbarui: 10 Oktober 2024   20:31 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sistem zonasi sekolah di Indonesia, yang awalnya dimaksudkan sebagai solusi untuk menciptakan keadilan pendidikan, kini terbukti menjadi masalah besar akibat pelaksanaan yang buruk. 

Kebijakan yang dirancang untuk mendistribusikan siswa secara merata ke sekolah-sekolah di sekitar tempat tinggal mereka, justru menciptakan polemik yang tak terduga. 

Alih-alih mempersempit jurang ketimpangan antara sekolah-sekolah elit dan biasa, sistem zonasi malah memperlebar permasalahan, baik di tingkat sekolah maupun masyarakat.

Bicara soal zonasi, saya teringat ketika pertama kali mendengar kebijakan ini diumumkan. Pada mulanya, sistem ini terdengar seperti sebuah gebrakan yang mengusung perubahan revolusioner. 

Tujuannya jelas: memberikan kesempatan yang sama kepada semua anak, terlepas dari latar belakang ekonomi atau geografis. 

Sebuah mimpi besar yang, jika diterapkan dengan baik, bisa menjadi kunci pemerataan pendidikan di negeri ini. Siapa yang tidak menginginkan keadilan semacam itu?

Namun, realitas di lapangan ternyata jauh dari harapan. Zonasi yang seharusnya menjadi jembatan antara siswa dan sekolah yang layak malah berubah menjadi tambang masalah baru. 

Publik berharap zonasi akan memberikan akses yang lebih adil kepada siswa untuk bersekolah di sekolah-sekolah terdekat dengan rumah mereka, sehingga menghilangkan kesenjangan yang selama ini terjadi antara sekolah unggulan dan sekolah biasa.

 Tapi, apa yang kita lihat sekarang? Manipulasi data, ketidakjujuran, dan minimnya pengawasan merusak kredibilitas kebijakan ini.

Seiring berjalannya waktu, kecurangan semakin banyak ditemukan. Saya membaca tentang orang tua yang memalsukan alamat di Kartu Keluarga hanya untuk mendekatkan posisi mereka ke sekolah favorit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun