“Kuryo!... Kuryo!... Kuryo!... Kuryo!...Kuryo!... Kuryo!...Kuryo!... Kuryo!...Kuryo!...!...”.
MBah Tiguno yang sangat mengerti tingkat pemahaman agama para pengikutnya itu, kontan saja memaklumi dan balik mengiyakan penyebutan nama desa itu.
“Ya… ya… ya… Kuryo… Kuryo… Kuryo…, desa Kuryo!..., desa Kuryo!..., desa Kuryo!....”
Maka resmi mulai saat itu terbentuklah desa Kuryo!
Kuryo dan Makna Konstekstualnya
Sebagaimana kata mBah Tiguna tentang filosofi Kuryo, “Em… Qoryah thoyyibah? Desa yang baik? Desa yang berdaya?”.
Maka pertanyaan berikutnya ialah apa makna kontekstual dari filosofi itu?
Dalam litaratur Islam memang ada paradigma Qoryah Thoyyibah.
Secara harfiah, qoryah thoyyibah diartikan sebagai desa yang indah, baik, berdaya dan mulia seterusnya.
Pertanyaannya adalah apakah secara kontekstual desa Kuryo sudah layak disebut sebagai berada dalam track paradigm qoryah thoyyibah, sebagaimana konsep awal penamaannya tersebut?
Bahwa ada orang bilang, sudah sejak lama masyarakat Desa Kuryo merupakan salah satu masyarakat yang paling religious (muslim) di Kecamatan Gabus Kabupaten Pati Provinsi Jawa tengah.