Kemudian, mengapa diberi nama Kuryo? Apa filosofinya?
Kata Kuryo tidak ada dalam bausastra Jawa. Tapi secara geografis, kata Kuryo digunakan pula sebagai nama suatu wilayah selain untuk Desa Kuryo wilayah Kecamatan Gabus Kabupaten Pati ini.
 Sepengetahuan penulis, ada salah satu wilayah (lingkungan) di Kelurahan Jatipurno Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah, yang bernama juga, Kuryo.
Selain itu secara social kata Kuryo juga digunakan sebagai nama orang, bahkan orang ini merupakan juga merupakan tokoh pendiri desa, yakni Desa Tunggu, berada di wilayah Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah, namanya mBah Kuryo.
Cerita singkatnya begini. Ada tiga orang yaitu Sojoyo (anak Kepala Desa Watu Pawon), Mbah Kuryo, dan Mbah Mengir dari Sekar Lor. Pada masa kekuasaan Hindia Belanda tahun 1825, konon Mbah Mengir pindah ke suatu tempat.
Dia menunggu kedua temannya (Sojoyo dan Mbah Kuryo), yang terlambat datang. Sehingga atas peristiwa itu, akhirnya wilayah tersebut dinamakan 'Tunggu' (Wikipedia.com).
Pertanyaannya adalah apakah nama wilayah Kuryo di Jatipurno dan nama tokoh mBah Kuryo di desa Tunggu tersebut ada hubungannya dengan proses berdirinya Desa Kuryo Gabus Pati, khususnya dengan penamaannya yang memilih kata Kuryo?
Hingga kini penulis belum menjumpai data sebagai instrumen yang melengkapi analisa hingga ke kesimpulan itu.
Bahwa secara umum, penamaan sesuatu merupakan buah dari pola pikir, kehendak dan sikap (kepribadian) seseorang, yang bisa pula ia dipengaruhi lingkungan.
Sementara kepribadian seseorang dapat dipengaruhi oleh latar belakang pengalamannya dan seterusnya.
Dan, berdasar simpulan data-data yang ada, sebagaimana mBah Tiguna merasa punya kewajiban mengemban visi Kerajaan Pati yang Islam di bawah nasehat Wali Sanga, mBah Tiguna yang seorang santri Sunan Muria.