Di persawahan di timur desa ada gundukan tanah yang disebut Kepundhung. Konon katanya, di situ kadang-kadang pada tengah malam ada suara gaduh, orang bercakap-cakap.
Dan, di persawahan arah tenggara desa, di tepi jalan menuju desa Kedalingan, dulunya, katanya juga ada tempat yang disebut Kuburan Kampak (kawak?).
Apa arti informasi mengenai tempat dan makhluk-makhluk ghaib itu, khususnya kaitannya dengan Legenda Desa Kuryo?
Dalam hal ini jika dikaitkan dengan konsep hijrahnya akronim Kuryo, paradigm qoryah thoyyibahnya legenda desa Kuryo dan filosofi senjata pusaka Tumbak Lokuwato-nya mBah Tiguno yang menegaskan bahwa tidak ada kekuatan yang sejati terkecuali kekuatan dari Alloh SWT yang Mahaagung itu.
Maka apa yang dikatakan sebagai tempat-tempat dan makhluk-makhluk ghaib itu, jika pun benar adanya, dan bila pun mungkin pada awal-awalnya menghalangi kiprah mBah Tiguna dalam babad alas dan kemudian ditaklukkan dengan menjadi tetap hidup berdampingan (saling mengerti posisi dan proporsi kemakhlukannya di hadapan Tuhan).
Bisa saja system kepercayaan yang masih ada pada sebagian orang tersebut secara antropologis merupakan symbol bahwa dalam berhijrah demi kebaikan (thoyyibah) kadang-kadang harus melewati rintangan-rintangan.
Yang terpenting, bagaimana mengelola rintangan itu menjadi berdaya guna untuk mendukung tujuan, atau minimal di-nolkan, tidak lagi menghambat.
Demikian. Kurang lebihnya mohon maaf. Ditunggu masukannya. Terimakasih.***
CATATAN:
Sumber cerita tutur: Cerita tutur mengenai berdirinya Desa Kuryo ini diambil dari berbagai nara sumber. Namun sumber utamanya ialah dari Bapak H. Thoyib (lahir: 1931M) yang bersanad cerita dari Mbah H. Noor Hadam (1863-1958M), ayah beliau dan mBah H. Ahmadi, paman beliau. Adapun mBah H. Noor Hadam dan mBah H. Ahmadi merupakan anak dari mBah buyut Sadiyo (1833-1915) bin Petinggi Pondhok.
Istri mBah buyut Sadiyo, mBah buyut Khatimah (1843-1926M) merupakan anak perempuan Petinggi Desa Kuryo ke-5, mBah canggah Kalidin (1747-1843M) dan Nyai canggah Burik.