"Ternyata Yang Mulia begitu memperhatikan dan menyayangi Putra Mahkota. Saya benar-benar berterima kasih. Terima kasih karena sudah sangat menyayangi Putra Mahkota" ucap Ratu penuh haru.
Raja tersenyum kecil,
"Dinda mesti ingat. Pangeran Ivan bukan hanya putra Dinda. Dia juga darah daging Kanda. Apapun keinginannya, harapannya dan juga impiannya, Kanda tahu dan memahami. Hanya saja Kanda sungguh tak berdaya untuk memenuhi semua itu. Kekuasaan yang Kanda miliki, malah menjadi belenggu yang mengikat tangan dan kakinya. Kanda bisa merasakannya karena dulu Kanda juga pernah berada di posisinya." Raja terlihat melamun, "Harus ingat menahan diri, selalu tersenyum walau hati sedang sedih, dan jika ingin menangis... carilah tempat yang sepi. Jangan sampai didengar orang lain. Jangan melakukan ini, tidak boleh seperti itu, sudah menjadi makanan sehari-hari. Sejak dilahirkan, hidup hanya mengenal tiga hal kewajiban, kewajiban dan kewajiban. Semua hal itu ditanamkan di dalam pikiran bahkan sebelum Pangeran Ivan belajar bicara dan berjalan." ucap Raja dengan nada sedih.
 Raja menatap Ratu lagi sambil tersenyum,
"Kanda ingin sebisa mungkin meringankan beban yang dipikul oleh putra Kanda. Hingga nanti ketika sampai saatnya Putra Mahkota menerima tahta, dia bisa mengenakan mahkotanya dengan hati lapang dan tenang."
Ratu mengangguk dan tersenyum lembut pada Raja,
"Saya mengerti maksud Paduka. Saya akan menerima dan mengikuti petunjuk yang Paduka sampaikan" kata Ratu menunduk hormat.
Raja mengangguk sambil tersenyum pada Ratu.
@@@
Aya dan Riska berjalan berdampingan di lorong sekolah. Sesekali mereka membalas lambaian teman-teman mereka yang hendak pulang.
"Eh Ay, temenin aku ke toko buku lagi dong" pinta Riska.