"Sudah" jawab Pak Maman dari dalam kamar.
Aya kemudian berjalan menuju dapur.
"Ya. Aku bukanlah putri kandung ayahku. Aku bahkan tidak tahu siapa ayahku dan tidak tertarik untuk mencari tahu. Menurut kalian, apakah anak hasil perkosaan mau mencari tahu siapa bajingan yang telah memperkosa ibunya?" wajah Aya yang sedang memasak air terlihat marah." Aku berharap pria itu mati saja, atau membusuk di neraka. Ibuku menerima banyak hinaan karenanya. AKU menerima banyak cemoohan karena ulahnya. Ibuku yang tak tahan akhirnya lari dari keluarganya dan mencoba bunuh diri. Untungnya ayahku yang sekarang, Pak Maman, menolongnya. Beliau menyelamatkan nyawa dan perasaan ibuku. Melihat kebodohan yang polos dari ayahku, membuat hati ibu luluh dan memilih untuk menikah dengannya. Semenjak aku dilahirkan, ayah selalu ada di sisiku. Ayah yang aku cintai dan banggakan"
"Berasnya sudah habis" kata Pak Maman memotong lamunan Aya.
Aya menatap ayahnya sambil tersenyum menenangkan.
"Memang tinggal sedikit. Tapi masih cukup kok, Yah."
"Bu guru Shiro kemaren menanyakan uang sekolah Shiro" kata Pak Maman lagi dengan wajah sedih.
Gerakan Aya yang hendak membereskan meja makan terhenti untuk sesaat. Tapi kemudian ia kembali melanjutkan pekerjaannya,
"Ayah jangan khawatir. Uang tabungan Aya masih ada. Nanti bisa di pakai untuk uang sekolahnya Shiro. Sedangkan masalah beras..." Aya menghela nafas, "Aya akan coba pinjam uang dari teman di sekolah. "
"Tapi tabungan Aya kan untuk bayar uang sekolah Aya" kata Pak Maman, bingung.
Aya tersenyum menatap ayahnya,