"Mungkin ada yang bertanya, apa yang dilakukan oleh ayahku sehingga membiarkan anak sekolah sepertiku untuk mencari uang? Maka jawabanku adalah BANYAK! Pemberian ayah tak akan pernah bisa ku balas walau dengan uang bermilyar-milyar. Ayahku adalah pahlawan dan idolaku. Walaupun banyak yang menganggap ayahku adalah orang bodoh dan cacat mental, tapi bagiku hati ayah sangat besar, melebihi besarnya dunia ini. Aku menyayangi beliau dan juga adikku Shiro, yang memiliki kekurangan yang sama dengan ayahku. Bagiku, mereka adalah harta paling berharga dan tak tergantikan. Ayahku sangat menyayangiku... walaupun aku bukan putri kandungnya."
Ekspresi Aya terlihat kosong. Tak lama ia tersadar. Kemudian ia mengambil handuk dan pakaiannya yang ada di atas tempat tidur dan keluar kamar.
@@@
Tak berapa lama Aya keluar dari kamar mandi memakai seragam sekolahnya. Aya mendekati adiknya yang tidur di kursi.
"Shiro. Shiro. Bangun" kata Aya menggoyang-goyangkan badan Shiro." Udah jam berapa nih, Dek. Ayo bangun" desaknya.
Shiro mengucek-ngucek matanya,
"Jam berapa Kak Aya?" tanyanya.
"Jam setengah enam. Ayo mandi, trus sholat. Air baknya sudah Kak Aya isi. Ntar kalo udah habis, bantu Kak Aya ngisi lagi yaa?"
Shiro menganggukan kepalanya. Masih sedikit mengantuk, ia pun menuju kamar mandi.
Aya lalu berjalan ke sebuah kamar dan mengetuk pintu kamar itu,
"Yah! Ayah sudah bangun?"