"Aku juga pengennya begitu, Ris. Tapi lo kan tahu sendiri kalau beasiswa penuh itu hanya diberikan atas dasar rekomendasi. Siapa yang bisa ngasih aku rekomendasi?"
"Kalau Kepala Sekolah?! Lo udah pernah nanyain belom?" tanya Riska.
Aya menggeleng,
"Belom"
"Ya sudah, tanyain dulu sama Pak Kepsek. Mudah-mudahan bisa dapat" desak Riska.
Aya tersenyum lemah,
"Tapi butuh proses, Ris. Siswa tak mampu yang berprestasi di sekolah ini, bukan aku saja." Aya menatap Riska "Kalau semuanya minta beasiswa, sekolah ini bisa bangkrut" jelas Aya.
Riska terdiam. Mau tidak mau penjelasan Aya masuk akal. Sekolah ini termasuk sekolah yang punya peraturan tegas. Tidak pernah membeda-bedakan satu murid dan yang lainnya. Malah dengan keringanan membayar uang sekolah hanya setengah harga untuk Aya, sudah menunjukan betapa sekolah ini menghargai sahabatnya itu. Namun untuk mendapatkan beasiswa penuh yang terkadang diberikan sekolah, memang tidak mudah. Seperti yang Aya katakan, di sekolah ini hampir semua murid punya keunikan dan prestasi di bidangnya masing-masing. Sekolah pasti butuh pertimbangan serius dalam memberikan beasiswa penuh pada siswanya.
"Mudah-mudahan kita bisa mencari jalan keluarnya ya, Ay" hibur Riska pasrah.
Aya tersenyum miris sambil menunduk diam.
"Sudah, Ay. Jangan bersedih terus. Masih banyak jalan ke Tanah Abang. Bukan hanya satu!" kata Riska memberikan semangat. "Sekarang yang penting kita berdoa saja. Mudah-mudahan ada keajaiban"