Â
DURI LANDAK I
Di sebuah masa, hiduplah seorang gadis yang bernama Aya. Aya hidup bersama ayah dan adiknya yang bernama Shiro. Mereka tinggal di sebuah rumah kecil yang tak layak disebut rumah. Tapi bagi Aya, Ayahnya dan Shiro, rumah kecil itu merupakan pusat kebahagiaan mereka. Mereka hidup sangat miskin tapi mereka bahagia, karena mereka saling menyayangi. Aya sangat mencintai Ayah dan adiknya.Â
Dan kisah dongeng indah inipun dimulai.....
Jam weker  yang ada di atas meja berbunyi. Jam itu lalu dilempar dengan bantal. Aya membuka matanya. Untuk sesaat ia terdiam, mencoba untuk mengembalikan kesadarannya dan bersiap untuk bangun. Aya akhirnya bangun sambil meregangkan otot-ototnya. Setelah itu ia berdiri dan berjalan menuju jendela dan membuka tirai,
"Ohayoo!" sapanya dalam hati "Namaku Ayamari Azayaka. Mungkin kalian akan berfikir kalau namaku aneh dan seperti nama Jepang. Memang. Nama itu diambil dari beberapa kata dalam bahasa Jepang. Tapi aku bukanlah orang Jepang dan MUNGKIN tak seorangpun dalam keluargaku yang memiliki darah Jepang. "
Wajah Aya berubah menjadi muram,
 "Ibuku yang memberi nama itu. Dia guru kursus bahasa Jepang ketika masih hidup. Setelah melahirkan adikku Masshiro, ia meninggal dunia. Sayangnya dia tak pernah punya kesempatan untuk mengajariku bahasa Jepang."
Aya menjauh dari jendela mendekati rak buku. Ia mulai membereskan buku-bukunya dan memasukan ke dalam tas.
"Umurku sekarang 17 tahun dan duduk di kelas 2 disalah satu SMU terpandang di negara ini. Bukan karena di sana sekolah orang-orang kaya, melainkan karena sekolahku merupakan sekolah percontohan bagi semua SMU yang ada di negara ini. Bahkan kabarnya negara tetangga juga mencontoh metode pengajaran di sekolah ini. Sekolahku terkenal dengan prestasinya. Sekolah yang tak segan memberi beasiswa bagi murid-murid tidak mampu asal berprestasi dan mengeluarkan murid-murid kaya yang tidak memberikan sumbangsih apa-apa pada sekolah selain mencoba menyogok para guru untuk memberikan nilai tinggi." Aya tersenyum "Aku sangat senang sekolah di tempat ini. Walaupun gajiku bekerja paro waktu di mini market Koh Ahong tidak begitu besar, tapi aku masih bisa membiayai sekolahku karena aku mendapatkan diskon 50% uang sekolah akibat prestasi yang sering kuraih untuk sekolah. Bukannya aku sombong, tapi walaupun aku miskin, aku adalah gadis yang cukup pintar."
 Aya menyusun seragamnya di atas tempat tidur.