Hingga saat itu saya tidak menyadari perbedaan yang mencolok ini. Mendengar itu dalam sekejap merasa seperti anak ayam masuk kandang harimau. Mata pun langsung basah.Â
"Udah ga usah takut kamu ga apa-apa," kata dokter menenangkan saya. Lalu, menghimbau semua anak untuk saat bermain tetap menjaga adik perempuan ini.
Dokter tidak menyuruh saya untuk berhenti bermain karena tahu saya yang bulan lalu tidak mungkin bisa seperti ini.Â
Sejak itu saya sering bolak-balik sendirian ke dokter untuk mengobati luka mengangga di kulit, bukan karena masalah pernafasan lagi.Â
Suatu hari, kembali saya mendapat masalah diprotes ibu yang heran melihat saya datang sendirian berobat luka dan koreng akibat jatuh.Â
"Anak manja sekali. Luka begitu harus diobati ke dokter. Bayar berapa itu?" sindirnya.Â
Saya hanya diam mematung hingga tiba-tiba muncul dokter.Â
"Bu, anak ini biarkan saja..." Saya tidak ingat kelanjutannya karena sibuk menangis. Ibu itu dibawa masuk dokter ke dalam.
Saya selama ini tidak membayar dokter karena waktu pertama datang dari bermain, dokter setelah selesai mengobati menyuruh cepat pulang dan tidak usah datang lagi kalau tidak ada masalah. Waktu saya bilang nanti balik lagi buat bayar, dokter tetap bilang tidak usah balik kalau tidak ada masalah. Hingga saat itu pun selalu berkata yang sama.
Sejak kejadian itu, dokter menaruh obat luka berserta kapas dan plester di tempat suster supaya saya dan anak yang terluka saat bermain bisa langsung mengobati diri sendiri.
PISAH