Seminggu kemudian saat bertemu guru itu, beliau bingung kenapa saya disuruh pindah. Beliau setelah membaca catatan dari dokter yang mengirim, segera cek lalu menulis catatan dan berpesan ke saya untuk minggu depan tunjuki ke dokter itu.
Seminggu kemudian saya kembali lagi ke guru besar.
"Ini kenapa datang lagi, non!? Bukannya sudah saya suruh ke sana?" tanyanya bingung.
"Dokter diminta cek hasil yang waktu itu dokter minta diperiksa," jawab saya.
"Untuk apa!? Dia itu guru saya. Kenapa saya harus periksa hasil yang diperiksa guru. Sudah pasti benar! Mana saya lihat catatannya," pinta beliau.
"Ini benar semua, kok! Kamu pokoknya percaya beliau dan jangan cari saya lagi. Saya mau repot urusi kamu karena..."
Saya kembali hanya diam seribu bahasa meski bingung kenapa gara-gara telat kontrol jadi terjepit di antara murid dan guru. Selain saya ada berapa banyak yang seperti ini? Dokter ini sebenarnya mau ke mana? Guru besar pun meninggalkan banyak nasehat ke saya.Â
Tidak sampai sebulan setelah itu tersiar kabar guru besar naik jabatan merawat seluruh manusia Indonesia.Â
Sekarang dokter dan rumah sakit itu tinggal kenangan.Â
Ternyata sungguh sulit bagi dokter untuk mempercayai dokter. Termasuk dokter Widhodho ketika saya dewasa kebingungan mencari penganti yang bisa dipercaya merawat saya.Â
Di luar sana ada banyak orang baik tetapi, menemukan satu yang bisa dipercaya memang sungguh sulit.