Mohon tunggu...
MK
MK Mohon Tunggu... Freelancer - Cahaya Bintang

Saat diri dapat katakan CUKUP di saat itu dengan mudah diri ini untuk BERBAGI kepada sesama:)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

PERCAYA

28 Maret 2023   17:51 Diperbarui: 27 Juni 2023   20:38 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah belasan tahun menghindar, saya karena sakit perut nyasar ke dokter THT. Dokter itu dokter tentara dan baru selesai mengadakan penelitian penyakit pernafasan. Akhirnya, saya tahu kenapa dahulu sering bermasalah. 

PERTEMUAN KEMBALI

Setelah lewat setahun lebih sembuh dari covid-19, saat mengantar mama kontrol ke rumah sakit secara tidak sengaja di samping ada kursi roda menyenggol kursi saya.

Rupanya ada kakek yang sedang berusaha berdiri. Saya pun bergegas menolong. Sosok kakek itu seperti dokter saat kita terakhir kali bertemu waktu saya dan kedua orang tua mengantar keponakan berusia hampir 2 tahun berobat.

Keponakan saat melihat dokter langsung lari ketakutan dan ngumpet di bawah meja kerja dokter. Sosok serius dokter sesuai saya duga pasti membuat anak kecil takut. Keponakan selama diperiksa terus menangis kencang.

Begitu selesai diperiksa segera saya hibur. Meski lupa dengan perkataan sendiri tetapi, reaksi dokter yang memelototi saya dengan tersenyum membuat saya segera mengendong keponakan dan lari kabur keluar meninggalkan dokter dan kedua orang tua mengobrol.

Hari itu senang sekali bisa kembali ke tempat praktek dokter dengan membawa pasien yang memang anak. Sayang, keponakan hanya dititipkan di rumah sehingga kami menolak dibuatkan kartu tumbuh kembang seperti dulu. 

Kakek di kursi roda itu langsung mengingatkan saya untuk harus kembali menemui dokter. Beberapa hari kemudian saat tidur di malam hari tiba-tiba saya mendapat mimpi bertemu dokter.

Saya waktu itu kembali menemani mama kontrol ke rumah sakit. Saat sedang membantu mama duduk di kursi ruang tunggu mendadak saya menyadari ada sorot mata yang menatap saya. 

Sorot mata yang langsung saya kenali pemiliknya meski sedikit tertutup masker. Dokter setelah saya sapa juga langsung mengenali saya karena gerak-gerik saya tidak asing di mata dokter sehingga dilihati terus.

Kita pun menangis gembira. Wajah dokter setelah masker dilepas terlihat sangat berseri. Tetapi, suster yang menemani dokter terlihat sedih. Di poli itu ada dokter tulang dan paru. Dokter hari itu datang karena mau ada tindakan menyedot cairan di paru. Terkadang dokter juga ke dokter tulang karena sekarang dokter lumpuh sehingga harus duduk di kursi roda dan dibantu suster.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun