“Jadinya kamu nginep?”
“Ya, gimana lagi Ma. Daripada pulang pergi, lumayan jauh dan macet. Lagian Ronald maunya biar sekalian istirahat.”
“Ya, sudah. Kamu urus aja bagaimana baiknya. Ntar kalo operasinya jadi kabari ya, biar kita langsung dari sini terbang.”
“Cuma operasi kecil kok, Ma.”
“Mau kecil mau besar, tetep saja operasi. Atau setidaknya kakakmu dari Surabaya yang datang.”
Aku menghela nafas.
“Oke, kamu baik-baik saja ya. Bye.”
Klik.
Kukantongi E63-ku. Seorang anak tetaplah menjadi anak kecil di mata sang ibu, mesti sang anak sudah berusia 22 tahun,gumamku.
“Maaf, Dok, tadi penting dari Mama di Malaysia,” katanya merasa bersalah. Menerima telepon di tengah sesi pemeriksaan.
“Jadi orangtua Ronald di Malaysia dua-duanya?” tanya Dokter Lucky.