Aku melirik jam di tangan kiriku. Hmm, sudah jam empat lewat,batinku sambil berharap sore ini kutemukan Maya di ruang tunggu radiologi itu.
Dan betul saja… aku menemukannya di sana.
“Hai, nunggu tiket bioskop?” sapaku.
“Bukan, tiket kereta, biasa mau mudik,” Maya membalas.
“Aih, kasihan ntar rumahnya ditinggal pembantu pulang kampung.”
“Lebih kasihan kalau tukang potong rumputnya yang ngacir.”
Dan sejenak kemudian kami pun tertawa.
Orang-orang yang menunggu di ruang radiologi sepertinya tidak peduli.
“Sudah selesai?” tanya Maya sesaat kemudian.
“Maunya sih selesai, tapi…,” Aku menggantungkan kalimatku.
“Bilang aja dokternya cantik.”