Rupanya cerita kemarin sudah tersebar sejak pagi, padahal aku sudah minta kepada teman-teman wartawan untuk tidak memuatnya. Tetapi itu kan berita.
Aku tadi sempat melihat berita di surat kabar tentang kejadian di Cianjur. Aku dapat cerita dari Kang Anga bahwa Widy ternyata jalan ke Cianjur bukan bersama Kang Epy sepupunya, tetapi bersama Hardja naik oto. Â
Hardja ini minta izin sebentar ke Puncak ada perlu, tetapi ternyata dia lama di situ. Â Rupanya dia juga sudah janji bertemu gadis lain hingga menginap bersama di villa di sana. Â Hingga pagi ini dia belum pulang dari Puncak ke Bandung. Mungkin dia pikir Widy diantar oleh Kang Epy.
"Anjeun, juga bisa main angklung? Kirain hanya bisa rock n roll" tantangku.
"Eh, aku juga orang Sunda nggak melupakan budaya," katanya.
"Bisa bawakan lagu Mang Koko," tantang Syafri.
"Bisa!!" kata teman-temannya. "Tetapi Akang nari ya sama Widy kami yang main angklung."
Syafri tidak menolak. Widy juga dia mengajarinya menari tradisional Sunda diiringi musik angklung dengan lagu Mang Koko oleh  sekitar belasan teman-temannya.  Widy begitu luwes, sementara Syafri kaku .  Dia kemudian tertawa.Â
"Kamu tahu Mang Koko juga?" tanyanya.
"Ya, Daeng Sutikna juga," jawab Syafri.
Kemudian Syafri dikelilingi teman-temannya. Â Rasanya panas dingin. Widy membiarkan aku seperti diinterogasi.