ZZZ, Express, Hyper Square  20.00
Male dorm yang aku tempati ada enam orang cukup penuh. Di antaranya seorang bapak setengah baya yang bertugas  di Bandung. Dia bernama Surya, seorang broker yang awalnya ikut perusahaan waralaba sebelum akhirnya buat sendiri.  Menurut dia konsep hotel backpacker sudah banyak di Singapura. Â
Hotel backpacker ini seperti di rumah aku bisa bikin kopi seperti di rumah sendiri. Â Begitu juga sarapan pagi prasmanan, bisa buat telur mata sapi dengan dua kerat roti.
 Setelah  ngobrol keluar makan malam di warung tenda di kawasan Pasir Kaliki dengan ayam goreng pepes usus, enak sekali.  Kuliner Sunda memang favorit aku. Â
 Jalan Belitung, Bandung, 9 Februari 1957Â
Â
"Widy! Aku datang," teriakku ketika masuk ke aula SMA itu untuk menjemputnya sambil menahan sakit di pinggangku.
Gadis itu menengok.  Dia  pasti heran bagaimana Syafri bisa masuk ke sekolahnya.  Tetapi penjaga sekolahnya mengenali Syafri sebagai wartawan memperbolehkannya masuk, apalagi dia berapa kali menjemput Widy.
Muka Widy merah karena dia bersama teman-temannya rupanya sedang berlatih main angklung. Â Gurunya pun menoleh, tetapi mereka hanya tersenyum ketika aku yang datang dan malah teman-temannya beramairamai tepuk tangan.Â
"Pahlawannya Widy datang!"Â
Latihan angklung yang serius jadi riuh dan gaduh. Gurunya menengok, ingin tahu sapa yang menganggu. Tetapi ketika tahu Syafri yang dtaang, dia  pun memeluknya. "Terima kasih menyelamatkan murid kami," ucapnya.