Yang satu terperanjat  dan langsung meminta Widy  berlari. OKD itu bersembunyi  di balik sebuah pohon dan membalas menembak beberapa kali.  Para gerombolan itu menyebar.  Mereka serentak menembak.  Jumlah tidak seimbang OKD itu akhirnya terkapar. Â
"Sialan mereka ada yang pakai bren," umpat Syafri.
Tanpa pikir panjang Syafri mengayuh sepedanya dan menyambar Widy  lalu memboncengnya.  Si Hitam manis itu terkejut tetapi dia menurut.  Syafri melarikan sepedanya secepatnya.
"Anjeun mah nekat," ujar Syafri.
"Aku diajak Kang Epi, sepupuku di sini melihat padinya yang mulai menguning," kata Widy.
"Kang Epi mu itu mana?"
"Lagi keluar sebentar, nanti dia akan antar aku ke Bandung. Katanya desa  ini aman,"
Syafri mendudukan Widy di depan dia di belakang karena khawatir  gerombolan menembak mereka dan dia akan kena duluan.  Ingin jadi pahlawan? Terserah apa kata orang nanti.Â
Benar juga, beberapa gerombolan itu mengejar dan ada yang menembak. Â Sebuah peluru menyerempet tali ranselnya hingga nyaris lepas. Â Sebuah lagi menyerempet pinggangnya. Â Syafri ingin menjerit, tetapi dia terus mengayuh. Dia nyaris menabrak sebuah jip yang datang dari depan.
Jip yang memuat  Sersan  Bakarudin, dan rekannya  diikuti Jip kedua yang berisi personel TNI.  Tembak menembak terjadi begitu riuh.  Syafri melarikan sepedanya dan berada di belakang jip Sersan Bakarudin.
"Kelamaan atuh, hadeuuh sama siapa nih?" ujar Yudi melihat Widy.  Namun dia melihat darah membasahi baju Syafri.