"Maaf, aku lupa...."
"Sudah tidak apa-apa. Selamat ya? Kalian jadian?"
"Iya," sahut perempuan di sebelah Hardja. "Kenalin aku Mona calon istrinya Hardja, kamu?"
"Bukan siapa-siapa, hanya kenalan dia," jawab Widy menahan rasa sakit hatinya. "Ini pasanganku Syafrie!"
"Hardja," pria itu terpaksa mengulurkan tangan. Dia seperti pencuri tertangkap tangan. Karena di depan pacarnya, dia tidak berani mengatakan membawa Widy ke Cianjur dan meninggalkannya begitu saja.
Di samping Hardja sebetulnya ada beberapa pria yang menjadi kawan. Tetapi Hein dan Angga juga bersiap menjaga Syafrie.
Akhirnya setelah basa-basi mereka berpisah dan acara pun dimulai.  Setelah  makan malam, pesta dansa dimulai.  Syafrie agak gusar ketika dia dan Widy dibiarkan dansa berdua untuk 5 menit. Entah bagaimana Angga dan Hein mengatur dengan panitya. Widy agresif sekali dengan dansa rock n roll diiringi musik Cha cha.
"Lah, ada politisi DPRD juga di sini?" bisik Syafri. "Itu kan tuan yang pernah aku wawancarai, dia kan partai nasionalis, bakal dimarahi Bung Karno kalau ketahuan."
"Ssh, para bapak yang bicara moral juga banyak hadir di sini kok, jangan khawatir. Â Malah ada yang datang bukan dengan istrinya," jawab Angga. "Kamu tidak punya beban moral apa pun."
Syafri jadi percaya diri. Dia jadi tidak peduli mau dansanya nanti dinilai liar atau tidak. Â Kali ini bersama pasangan lain, dia lebih agresif dari Widy.
Pesta dansa pun meriah hingga tengah malam. Â Syafri ikut mengantar Widy ke rumahnya. Pinggangnya menjadi sakit karena masih luka. Tetapi entah kekuatan apa memberikannya tenaga.