Mohon tunggu...
Jane Nj
Jane Nj Mohon Tunggu... Cleaning Service -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ingin Kupeluk Mereka

26 Maret 2019   12:00 Diperbarui: 26 Maret 2019   12:13 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Terbukti kan kalau kamu ada main dengan kakakku sendiri!" tuduh Marsudi sambil membanting gelas hingga pecah berkeping-keping.

"Kamu tidak perlu menuduhku seperti itu hanya untuk mencari kesalahanku Marsud," Darsih coba melawan.

"Kalau kalian tidak ada main, buat apa dia baik-baik sama kamu?!"

"Mereka keponakan Mas Aji Marsud, wajar kalau dia baik sama aku dan anak-anakmu. Kalau bapakmu baik sama aku dan mereka juga, apakah kamu akan menuduh aku ada main dengan Bapak?!" Darsih geram dia sama naik pitamnya dengan Marsud.

Pertengakaran hebat tidak dapat dihindari, adu mulut, makian terjadi. Gaduh semakin menjadi ketika ketiga bocah yang sebelumnya diam menangis, mereka ketakutan hingga saling merangkul satu sama lain.

"Akal waras suamiku telah hilang," gemeretek suara gigi Darsih terdengar ketika bibirnya mengatakan itu. "Kakaknya sendiri dia jadikan kambing hitam karena tidak bisa menemukan kesalahanku," desahnya pelan.

Sekotak tisue kusodorkan padanya. Darsih mengambil satu kemudian mengelap basah di ujung matanya. Dia menarik napas panjang sebelum memulai ceritanya lagi.

Marsudi tidak pulang setelah kejadian itu, walaupun Ratmi menyampaikan pesan bahwa anak keempatnya telah lahir. Bayi mungil itu berjenis kelamin perempuan. Ada setumpuk harapan dengan lahirnya bayi tersebut. Bukankah Marsudi menginginkan anak perempuan? Darsih berharap suaminya akan kembali mengingat mereka.

****

Bayi mungil yang belum berumur satu bulan itu terus saja menangis. Sudah hampir enam jam Darsih membiarkan dia tanpa memberikannya ASI. Suara Joko dan Darmo yang berisik berebut mainan pun tidak dihiraukan wanita itu. Agus? Ah entah kemana anak itu, mungkin di bawa kakak iparnya atau kakeknya barangkali.

Darsih menatap dinding kamarnya dengan tatapan kosong. Letih, dia berharap Tuhan mencabut saja nyawanya saat ini. Ada anak perempuan pun tidak mengembalikan Marsudi suaminya. Dia tetap saja disana, menunggu Ratna yang dua minggu lalu juga melahirkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun