Adrian menatap temannya sekilas. Seolah menimbang entah perlu memberitahunya atau tidak.
"Jadi, ada apa? Katakanlah."
"Kamu... tau kenapa Julia tiba-tiba menjauh?"
Jerry menggeleng. Hatinya sedih sekali bila mengingat hal ini.
"Kalau saja aku tau, tentu aku tak akan membiarkannya begini. Kau tau Rian, aku benar-benar bingung dan tak mengerti. Aku juga sedih sekali."
"Dari yang kudengar ...," ujar Adrian berhenti sebentar. Jerry menatapnya dengan serius. Kemudian Adrian meluruskan pandangannya ke depan, "Julia menjauh darimu karena takut ada gosip lagi. Dia kan sebelumnya menolak Jimmy, jadi dia takut kalau nanti ada yang menggosipkan kau juga. Dia hanya takut kau tak suka. Kau tau, tentunya dia sudah pernah mendengar tahun lalu kau membuat murid baru yang bernama Leony menangis karena kau tak suka digosipkan dengannya. Makanya dia menjauh sebelum itu terjadi."
Seluruh tubuhnya tiba-tiba meremang. Apa yang baru dikatakan Adrian sangat beralasan. Hanya saja dia tak pernah menduganya. Dia mulai menyalahkan dirinya karena kejadian tahun lalu ternyata membawa akibat hingga sekarang. Mungkin ini yang dikatakan oleh sebagian orang sebagai karma. Dia kali ini harus merasakan betapa pedihnya dijauhi orang yang disukainya.
"Rian, menurutmu aku harus bagaimana?" ujar Jerry sedikit memelas.
Adrian kembali menatap lurus ke depan. Dia tak segera memberi jawaban. Dia masih merasa sedikit bersalah karena baru saja berkata bohong pada Jerry. Apa yang didengarnya dari Lini tidak seperti itu. Tapi dia tak tega melihat sahabatnya terus dilanda murung. Makanya dia menggunakan cerita yang memang masuk akal dan bahkan Jerry sangat meyakininya. Tapi bagaimanapun, dia tetap yakin Julia menyukai Jerry. Dia pernah memperhatikan ekspresi kebahagian yang terpancar dari wajah Julia saat sedang bersama Jerry.
"Yang paling penting, kau harus tau dulu dia betul-betul suka sama kau atau tidak. Kalau dia tak suka, tak ada yang bisa membantumu."
Jerry segera teringat saat pertama kali dia melihat Julia. Senyumnya, tatapan matanya dan suaranya sempat membuat dia sulit memejamkan matanya setiap malam. Kemudian setelah dia mulai dekat dengannya, dia semakin merasa hidupnya lebih berwarna. Setiap hari, dia selalu bisa melihat senyumnya. Tapi tiba-tiba semuanya seolah hilang tak berbekas. Yang ada hanya tatapannya yang dingin dan malas berbicara dengannya. Mengingat hal ini hatinya kembali sakit. Tapi dia tak ingin lagi seperti ini. Dia akan melakukan sesuatu untuk membuat Julia kembali memperhatikannya. Memikirkan hal ini, dia tiba-tiba menjadi lebih bersemangat. Dia tersenyum. Binar kembali muncul di matanya. Dan jantungnya memompa darah ke seluruh tubuhnya dengan sekuat tenaga. Sampai-sampai dia merasa sedikit nyeri karenanya. Anehnya, semua rasa sakitnya seolah sirna. Yang ada kini hanya semangat yang membara. Seperti api yang menyala.