Mohon tunggu...
No Name
No Name Mohon Tunggu... -

Seorang pria

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

2XLove (I) 8: Julia Felicia

4 April 2012   01:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:04 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Kemudian Ibu dan Ayahnya menikah. Dan saat umur Julia tujuh tahun, Ayahnya sakit keras. Selama beberapa bulan dia berbaring di rumah sakit. Dan Ayahnya yang tahu dia sulit disembuhkan mengatakan sesuatu yang sulit diterima orang lain. Dia tahu adiknya masih menyukai Ibu Julia. Karena itu juga dia tak menikah hingga saat itu. Dia meminta Adiknya menjaga Istrinya bila dia telah tiada. Ayahnya meminta restu pada orangtuanya, juga kedua mertuanya. Akhirnya, dengan kesepakatan yang saat itu tidak dimengerti Julia, keluarga dekat mereka akhirnya setuju. Ayahnya berpesan padanya, "Gadis cilikku, papa minta maaf! Mulai sekarang papa tak bisa menjagamu dan Ibumu juga adikmu, Ryo. Dan pamanmu, bila papa sudah tak ada, kamu harus memanggilnya papa. Papa selalu menyayangimu." Naluri anak kecil membuat Julia menangis saat itu. Dia merasa akan berpisah dengan Ayahnya selamanya. Dan setelah seminggu, Ayahnya pun meninggal.

Tahu Julia masih belum selesai bercerita, Jerry diam saja. Dia tetap mendengarkannya dengan penuh perhatian. Dan Julia, kini air matanya tidak sederas tadi.

"Ada satu kejadian di kelas tiga SMP yang membuatku trauma pada laki-laki," ujar Julia lalu berhenti sejenak. Dia menarik napas dalam-dalam. Jerry lebih memperhatikan lagi perkataan Julia karena dia merasa, sebetulnya inilah penyebab Julia menjauhinya.

"Waktu itu ada banyak laki-laki yang mendekatiku. Salah seorang sering datang ke rumahku. Dia sering bertanya di mana Papa dan Mamaku karena yang sering dilihatnya cuma Nenekku saja. Akhirnya aku menceritakan padanya. Tentang Papa dan Mamaku. Tapi ternyata dia menceritakan lagi pada teman-teman lainnya. Aku dijauhi teman-temanku mulai saat itu. Rupanya dalam masyarakat tertentu, seorang adik tidak dibenarkan menikahi kakak iparnya. Mereka memandang rendah padaku karena hal itu. Yang membuatku sakit hati bukan karena teman-teman menjauhiku. Tapi laki-laki itu ternyata tak bisa dipercaya. Dan dia juga paling sinis terhadapku. Sejak saat itu, aku sulit mempercayai laki-laki. Mereka yang sebelumnya menyukaiku, perlahan juga menjauhiku. Aku jadi berpikir, semua salah orang tuaku. Aku juga sempat membenci Ayahku yang sekarang. Kalau bukan karena mereka aku takkan dilecehkan. "

Julia berhenti sebentar, lalu menatap Jerry dengan mata sayu. Dia pasrah saja bila ternyata Jerry bereaksi sama.

"Makanya, aku berpikir mungkin sebaiknya aku menjauhimu. Aku takut, kamu juga akan melecehkan dan menjauhiku, " ujarnya menutup perkataannya dan menunduk begitu dalam. Jantungnya berdebar tidak karuan. Bersiap-siap meledak bila ternyata Jerry berdiri dan meninggalkannya begitu saja.

"Dasar bodoh!" ujar Jerry tiba-tiba padanya. "Kamu terlalu banyak berpikir. Temanmu itu, tentulah tidak menyukaimu sepenuh hati. Kalau tidak, mana mungkin dia menjauhimu karena masalah yang diluar kemampuanmu."

Julia ternganga mendengar penuturan Jerry. Dia begitu terkejut karena reaksi yang ditunjukkan Jerry tidak seperti mimpi buruk yang menghantuinya. Dia merasa senang sekali dan jantungnya berdebar tak kalah kencang dengan tadi.

"Bagiku, selama kau mencintaiku sepenuh hati, aku tak peduli dengan masa lalumu atau bahkan masa depanmu. Yang paling penting adalah perasaanmu saat ini. Apakah kamu benar-benar mencintaiku saat ini?"

Julia tersipu malu mendengar pernyataan Jerry yang membesarkan hati. Wajahnya merona merah dan dia mengangguk. Kemudian dia menegaskannya lagi.

"Sebenarnya, sejak awal aku sudah menyukaimu sepenuh hatiku. Entah kenapa begitu. Tapi sekarang aku benar-benar yakin," ujar Julia menatap ke dalam mata Jerry.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun