Mohon tunggu...
No Name
No Name Mohon Tunggu... -

Seorang pria

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

2XLove (I) 8: Julia Felicia

4 April 2012   01:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:04 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Ya sudah. Sampai ketemu besok!"

Julia berlari ke kamarnya begitu menutup kembali telepon. Dia menangis sejadi-jadinya. Tubuhnya bergetar. Kenapa? Kenapa dari mulutnya masih juga bisa keluar kata-kata bohong? Tak ada apa-apa? Kenapa mulutnya begitu mengkhianati hatinya? Ah! Kenapa dia begitu takut mengakui isi hatinya.

*****

Selama langit mendung, orang tentu berpikir lagi kalau ingin keluar. Dan kalau hati lagi mendung, apa yang sebaiknya dilakukan? Jerry hanya melamun, mendesah, melamun dan mendesah setiap kali dia melihat ke arah Julia. Kenapa dia begitu sulit menerima Julia yang tiba-tiba menjauh darinya? Bahkan jika Julia terus terang mengatakan kalau dia membencinya dia masih tetap sulit mempercayainya.

Selama ini dia tak pernah menyukai seorang perempuan pun. Dia tetap tak tertarik meskipun orang itu semenarik apa pun. Karena dia mempunyai pandangan tersendiri tentang menyukai seseorang. Menyukai seseorang harus sepenuh hati. Dan mungkin karena sepenuh hati itulah dia kini begitu menderita.

Ingin sekali dia bangkit berdiri dan berbicara dengan Julia saat ini. Tapi dia tak bisa. Sekarang sedang jam pelajaran. Tapi, bukan itu alasan dia hanya bisa berdiam dan tak berdaya. Dia tahu, dirinya tak berani menatap sorot mata Julia yang sudah tidak ramah lagi.

Dia juga tak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Sekarang, kalau Julia tak sengaja bertatap muka dengannya, otomatis dia membuang muka. Padahal sejujur-jujurnya hatinya, dia tak ingin begitu. Dia berpikir akan lebih sakit jika Julia yang membuang mukanya, jadi lebih baik dia juga berlagak seperti itu.

Lini memanggilnya sewaktu bel istirahat berbunyi. Dia berjalan ke arahnya, tapi Julia juga lagi ada perlu dengannya. Mata mereka bertemu dan keresahan yang tidak dimengertinya muncul pada dirinya dan membuatnya membuang muka.

"Aku tunggu di luar saja," ujarnya dingin. Tapi hatinya sakit. Seperti protes pada mulutnya yang seenaknya.

Dia berjalan menunggu di samping pintu. Tapi begitu Lini muncul bersama Julia, dia kembali memalingkan wajahnya.

"Nanti saja kalau begitu," ujarnya lalu berjalan menuruni tangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun