“Dia juga satu apartemen denganku. Tapi, aku tidak tahu berapa nomornya. Aku tadi sudah bilang ‘kan jika dia itu orang yang misterius dan sok keren?” ulang Samantha ketus.
Jae Woon memutar bola mata; karena kepalanya terasa pening. Ia merebahkan tubuh ke sofa. Pandangannya menerawang ke langit-langit.
“Kau berniat berselingkuh dengannya?” Jae Woon mengembuskan napas berat di akhir kalimatnya.
“Kau juga ada niat berselingkuh dengan aktris-aktris cantik itu, kan?” tanya Samantha balik dengan memberi penekanan pada kata aktris.
Jae Woon tidak menjawab. Ia sudah kehabisan kata-kata. Yang ia saat ini inginkan adalah membanting sesuatu untuk membuang emosinya. Namun, hal yang ingin dilakukannya itu malah akan memperkeruh suasana. Seperti lelaki kebanyakan jika sedang marah adalah diam.
Samantha merebahkan tubuhnya juga di sofa. Ia membuang napas berat. Sama. Ia juga kehabisan kata-kata. Sungguh, keadaan yang melelahkan.
“Katamu dia misterius. Bagaimana jika aku mencari tahu tentangnya?”
“Untuk apa?” tanya Samantha lagi-lagi ketus.
“Tentu saja agar aku mengetahui latar belakangnya. Dan, kenapa dia mengikutimu, bahkan sekarang memberimu sebuah kado dengan cara yang seperti itu?”
Samantha bergumam sejenak lantas berkata. “Jadi, secara tidak langsung kau ingin menjauhkanku dengannya?”
“Ya, kau benar.”