Mohon tunggu...
Gandis Octya Prihartanti
Gandis Octya Prihartanti Mohon Tunggu... Human Resources - A curious human

Manusia yang sedang menumpang hidup.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Separated Identity [Chapter 3: Who are You?]

12 Juni 2016   12:20 Diperbarui: 12 Juni 2016   12:31 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Brak!

Sepasang kekasih yang masih saling berpelukan itu terkaget. Kemudian, untuk mengecek apa yang sebenarnya terjadi, pelukan itu terlepas. Foto mereka yang berpigura dan tergantung di dinding terjatuh. Tidak hanya satu, tapi, semuanya, ada lima.

Andwae[6]!” seru Samantha saat melihat serpihan kaca pigura itu. Semuanya hancur lebur. Samantha beranjak, menghampirinya. Ia membersihkan foto dari serpihan kaca dan memandanginya dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan.

Jae Woon memanggil gadisnya lirih seraya meletakkan tangan kanannya di pundak yang naik-turun itu. Si pemilik pundak menggeleng frustrasi. Gempa? Kurasa tidak mungkin. Barang-barang di dalam apartemennya bahkan tidak ada yang bergetar. Lantas, bagaimana foto-foto itu bisa terjatuh seperti itu? Foto-foto itu jatuh tertumpuk. Seperti ada sapuan tangan yang sengaja menjatuhkannya.

 “Apakah akan ada malapetaka yang akan mengakhiri hubungan kita? Mitos itu—” Perkataan Samantha harus terhenti manakala Jae Woon memeluknya dari belakang. Ia terdiam sesaat sebelum tangisnya pecah. Suara isakannya begitu kentara. Semakin isakan itu terdengar, semakin Jae Woon memeluknya erat.

Pelukan itu—menenangkan Samantha. Jika Jae Woon berkata, itu akan sia-sia saja. Pelukannya… seolah menahan tangisan seseorang di dekatnya semakin membludak. Tubuh Jae Woon kembang kempis. Bukan karena ia juga menangis. Tapi, karena pelukan itu terlalu erat. Samantha—menularkan tangisan.

 “Apakah benar? Aku sudah mencoba berpikir logis kembali. Tapi, keadaan lah yang selalu membuat pikiranku tidak keruan,” ucap Samantha dengan nada gemetar. Suaranya parau.

“Tatap aku,” titah Jae Woon setelah melepaskan pelukannya. Samantha membalikkan tubuh dengan wajah yang sudah basah dengan air mata.

“Jujur, aku tidak mengerti dengan kejadian aneh yang kita alami akhir-akhir ini. Tapi, aku merasa ini semua lebih ke bentuk teror. Apakah ini semua ulah ssaeng fans[7]?”

Anniya! Jangan mengatas namakan ssaeng fans! Untuk apa aku kembali ke sini jika keadaannya akan seperti ini? Lebih baik kau memutuskan hubungan kita saat aku berada di Kanada. Ini akan lebih menyakitkan.”

Jae Woon terenyak. Baru kali ini Samantha menentang dengan jelas perkataannya. Dan, cara bicara Samantha berbeda sekali dengan biasanya. Samantha—dia kesetanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun